Untuk menghadapi pandemi, AstraZeneca bersiap dengan tiga strategi yaitu ekspansi, partnership, dan inovasi. Ketiganya bukanlah strategi khusus yang disiapkan untuk menghadapi COVID-19 tetapi sudah direncanakan sebelumnya.
“Kami merasa setelah adanya pandemi ini, kami tidak harus menghilangkan strategi yang ada tapi justru mempercepat. Kami melihat adanya peluang,” ujar Market Access Government and Regulatory Director PT Astra Zeneca Indonesia Rizman Abudaeri pada acara Industry Roundtable: Surviving Covid-19, Preparing The Post Pharmaceutical Industry Perspective yang diselenggarakan MarkPlus.
Ekspansi yang ada dalam strategi AstraZeneca adalah ekspansi portofolio atau mengembangkan produk baru. Untuk hal ini, perusahaan bekerja sama dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Sehingga proses pendaftaran serta perizinan produk dapat dilakukan dengan sederhana dan efisien.
Pada strategi partnership, AstraZeneca menyadari dalam perjalanan bisnis, perusahaan tidak dapat berjalan sendirian. Untuk memberikan layanan dan produk yang sesuai dengan konsumen, AstraZeneca bekerja sama dengan banyak pihak.
Contohnya, ketika menghadapi pasien yang sakit asma. Sinergi dengan perusahaan teknologi digital hingga patient group penting untuk menemukan dosis yang pas dan kapan penderita asma tersebut harus berhenti mengonsumsi obat.
Rizman menambahkan setelah COVID-19 ini, AstraZeneca juga menyadari pentingnya mempererat hubungan kerja sama dengan berbagai pihak. Hal tersebut untuk memastikan mereka bisa memberikan produk terbaik yang berguna bagi pasien.
Terakhir, inovasi. Strategi ini mendapatkan perhatian dari AstraZeneca, terutama aspek digitalisasi. Terlabih lagi ketika melihat masyarakat kini sangat bergantung pada teknologi. Saat pasien merasakan adanya masalah kesehatan, tidak sedikit yang mencari tahu gejala-gejala yang ada di internet.
AstraZeneca merupakan salah satu perusahaan yang mengembangkan vaksin COVID-19 dan berpotensi menjadi vaksin resmi. Hal tersebut telah diungkapkan langsung oleh Kepala Ilmuwan World Health Organization (WHO) Sournya Swaminathan.
“Kami ingin ikut berkontribusi memberikan informasi benar mengenai kesehatan kepada masyarakat. Tentunya, informasi yang ada sumbernya harus bisa dipertanggungjawabkan,” tutur Rizman.
Editor: Ramadhan Triwijanarko