Astro, perusahaan rintisan dengan layanan pengiriman bahan makanan atau grocery delivery baru saja memperoleh pendanaan Seri B senilai US$ 60 juta atau senilai Rp 872 miliar. Dengan ratusan miliar dana segar tersebut, Astro telah mengumpulkan total pendanaan menjadi US$ 90 juta atau senilai Rp 1,3 triliun.
Pendanaan Seri B ini dipimpin oleh Accel, Citius, dan Tiger Global, dengan partisipasi dari investor lama seperti AC Ventures, Global Founders Capital, Lightspeed, dan Sequoia Capital India. Astro yang baru beroperasi selama sembilan bulan belum mau mengungkapkan berapa valuasi perusahaan usai diguyur pendanaan Seri B.
Pendanaan Astro rencananya akan digunakan oleh perusahaan untuk melakukan akuisisi pengguna, pengembangan produk, dan mempekerjakan lebih banyak staf untuk menambah tim perusahaan yang memiliki 200 staf.
Startup ini bersaing dengan pemain lama seperti Sayurbox, HappyFresh, dan TaniHub untuk memenangkan pangsa pasar. Segmen konsumennya mulai dari profesional yang bekerja hingga orang tua muda di rumah “yang mencari kenyamanan,” kata Vincent, dikutip dari TechCrunch, Senin (30/5/2022).
Astro didirikan oleh veteran Tokopedia, Vincent Tjendra. Sebelumnya, Vincent merupakan Associate Vice President di Tokopedia hingga akhir 2020. Keluar dari Tokopedia, Vincent mendirikan Astro pada September 2021.
Selama pandemi pengiriman on-demand mendapat dorongan karena kondisi yang mendukung layanan pengiriman di Indonesia. Penetrasi e-grocery di Indonesia tetap rendah dan diperkirakan hanya 0,5% pada tahun 2022 menurut data Institute of Grocery Distribution (IGD). Angka tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan China yang memiliki penetrasi e-grocery 6% dan Korea Selatan dengan penetrasi 34% pada tahun 2020.
Itu berarti ada peluang besar bagi perusahaan seperti Astro dengan melihat penetrasi e-grocery dan layanan pengiriman bahan makanan yang masih belum begitu besar di Indonesia. Menurut data riset Google, Temasek, Bain & Company, nilai pengiriman e-grocery di Indonesia diproyeksikan mencapai US$6 miliar atau senilai Rp 87,3 triliun pada tahun 2025.
Layanan Astro menawarkan pengiriman 15 menit dalam jarak 2-3 km melalui jaringan toko yang disewa, yang merupakan pusat distribusi yang disiapkan untuk belanja online. Astro mengatur layanan mulai dari sumber inventaris, rantai pasokan, pengiriman jarak menengah, hingga jarak tempuh terakhir atau last mile. Manfaat dari pendekatan ini adalah Astro dapat memantau kualitas pengalaman pelanggan.
Astro saat ini beroperasi di sekitar 50 lokasi di Jabodetabek melalui armada sekitar 1.000 pengemudi di area dengan 30 juta lebih penduduk. Pendapatan perusahaan tumbuh lebih dari sepuluh kali lipat selama beberapa bulan terakhir dan unduhan mencapai 1 juta, kata perusahaan.
Vincent memperkirakan margin perusahaan akan meningkat seiring skala bisnis. Sumber pendapatan utama perusahaan adalah margin kotor yang diperoleh dari barang yang dijual dan biaya pengiriman yang dibayar pelanggan. “Sebagian besar biaya bisnis berasal dari pengiriman. Namun akan turun seiring waktu saat kami menerapkan hub dan selanjutnya mengurangi area jarak pengiriman,” pungkas Vincent.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz