Baby Blues Syndrome Sering Dialami oleh Para Ibu Pascamelahirkan

marketeers article
baby blues | sumber: 123rf

Baru saja viral beberapa hari ke belakang ini, terdapat seorang wanita yang secara nekat melakukan percobaan bunuh diri sekaligus ingin membuang bayi kandungnya di Stasiun KRL Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Aksi ini berhasil digagalkan dan ibu ini diduga mengalami baby blues setelah melahirkan.

Untuk memahami lebih dalam bagaimana kondisi baby blues ini terjadi, simak pembahasannya pada artikel berikut ini:

Pengertian baby blues

Melansir dari Pregnancy, Birth and Baby menyebut baby blues menjadi masa saat ibu mengalami mood swing dan perasaan lain yang kurang menyenangkan pada awal pekan setelah bayi lahir. Umumnya, perasaan ini menjadi suatu hal yang biasa terjadi. 

Baby blues syndrome ini terjadi karena kondisi mental, seperti perasaan cemas, stres, dan kesedihan yang berlebihan. Meskipun melahirkan akan menjadi momen yang menyenangkan, namun perasaan ini kerap kali muncul beberapa hari setelah seorang ibu melalui proses persalinan yang begitu sulit.

Penyebab dari munculnya perasaan ini pun masih belum diketahui. Namun, para ahli menyebutkan kondisi ini terjadi karena adanya fluktuasi hormon pascamelahirkan. 

Fluktuasi hormon ini terjadi karena dapat membantu seorang ibu tersebut agar dapat melewati masa-masa pemulihan, mengembalikan kondisi rahim, dan meningkatkan volume laktasi.

BACA JUGA: Ini 5 Jenis Olahraga untuk Jaga Berat Badan Tetap Ideal Setelah Lebaran

Namun, fluktuasi hormon ini mampu memengaruhi kondisi mental seorang ibu. Terlebih lagi jika sang ibu baru saja melahirkan anak pertamanya. 

Gaya hidup baru pun sangat berpengaruh, seperti pola tidur yang menjadi tidak teratur, keteteran selama mengurus anak, dan lainnya.

Gejala baby blues

Hampir 70-80% dari ibu muda merasakan perasaan negatif dan mood swing setelah melahirkan. Gejalanya pun akan terasa dalam kurun waktu 4-5 hari sejak sang buah hati lahir. 

Gejala baby blues syndrome ini beragam, antara lain:

– kesedihan berlarut

– kurang fokus dan sulit berpikir untuk mengambil keputusan

– suasana hati berubah dan mudah tersinggung

– sering menangis tanpa alasan

– insomnia dan merasa kehilangan kehidupan sebelumnya

– depresi dan anxiety.

Perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh sang ibu yang membuat produksi kimia tubuh berubah, sehingga otak merasa depresi dan tertekan.

BACA JUGA: Tubuh Ideal dan Sehat Setelah Lebaran? Catat 5 Tips Gaya Hidup Sehat Berikut!

Cara mengurangi gejala baby blues

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan oleh para ibu untuk dapat mengurangi gejala baby blues yang dilansir dari American Pregnancy:

berbicara mengenai apa yang dirasakan dengan orang yang dipercaya

– jaga keseimbangan diet, salah satunya dengan konsumsi Omega-3

– lakukan journaling mengenai apa yang Anda pikirkan dan rasakan

– jalan-jalan ringan keluar rumah untuk menghirup udara segar dan suasana yang menyenangkan

– meminta bantuan untuk mengurus rutinitas agar fokus menjaga sang buah hati

– jangan berekspektasi menjadi seorang ibu yang sempurna pada awal minggu, cepat beradaptasi dengan aktivitas baru sebagai seorang ibu

Demikian penjelasan mengenai kondisi baby blues syndrome yang sering kali diidap oleh para ibu muda. Permasalahan mental yang satu ini jangan dianggap sebagai suatu hal yang sepele meskipun umum terjadi.

Jika Anda mulai merasakan gejala yang sudah disebutkan di atas, coba untuk menerima perasaan tersebut dan komunikasikan kepada orang terdekat Anda.

Anda tak perlu merasa berjuang sendiri karena Anda memang perlu menyiapkan diri untuk benar-benar mampu menjalani kehidupan baru sebagai seorang ibu. 

BACA JUGA: 7 Tips Gaya Hidup Sehat agar Performa Kerja Selalu Terjaga

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS