BAF Jaga Performa Industri dengan Rebranding dan Diversifikasi

marketeers article
Foto: www.123rf.com

Hingga akhir Agustus 2018, industri pembiayaan tumbuh cukup baik meskipun pertumbuhan ini masih di bawah target industri. Jika melihat statistik OJK, piutang industri pembiayaan per akhir Agustus 2018 adalah sebesar Rp 431,9 triliun atau tumbuh 6% (YoY) dari Rp 408,2 triliun per akhir Agustus 2017. Dari angka ini, pembiayaan multiguna masih menjadi kontributor terbesar yang mencapai Rp 255,7 triliun atau 59,2% dari total piutang industri.

Pertumbuhan single digit ini mendorong BAF sebagai salah satu pemain untuk terus berinovasi. Besar di industri pembiayaan sepeda motor, BAF pun mempertegas eksistensinya dengan menghadirkan identitas baru melalui upaya rebranding. BAF yang meluncurkan logo baru, berharap identitas baru ini mewakili komitmen untuk menjadikan BAF sebagai benchmark di industri pembiayaan Tanah Air.

“Logo baru ini juga mencerminkan nilai-nilai perusahaan yang Visionary yakni berwawasan ke depan dan menyukai tantangan. Lalu Reliable atau andal dan terpercaya, serta Accessible yang berarti ramah dan terjangkau,” ujar Lynn Ramli, CEO BAF Indonesia.

Lynn menambahkan, dengan logo baru tersebut, BAF mempertegas komitmennya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik demi kesejahteraan para pelanggan, mitra usaha, dan masyarakat Indonesia. Tidak sekadar logo, BAF juga membangun kanal komunikasi baru melalui BAF Mobile.

“Sejak tahun lalu, BAF mengembangkan digital marketing platform yang menitikberatkan pada awareness, engagement dan customer retention. Kegiatan awareness dilakukan melalui situs BAF dan berbagai media sosial yang diperbarui secara berkala dengan produk dan layanan terbaru BAF.digital platform kami pun kiat kuat dengan kehadiran BAF Mobile,” tambah Lynn.

Melalui inovasi ini, BAF ingin memudahkan komunikasi dua arah dengan konsumennya melalui beragam fitur. Fitur tersebut, mulai dari informasi mengenai fasilitas pembiayaan, mitra BAF, poin pembayaran dan kantor cabang BAF, produk dan layanan BAF termasuk promo-promo terbaru, pengajuan aplikasi secara online, notifikasi tanggal jatuh tempo angsuran, hingga simulasi kredit.

Dengan beragam inovasi di atas, BAF tengah menyiapkan pendekatan baru ke pasar Business to Consumer (B2C). Jika selama ini mereka masuk lewat diler dan diler tersebut yang merekomendasikan BAF ke konsumen motor, kini BAF ingin menyentuh langsung konsumen tersebut. BAF menilai pasar B2C memiliki potensi bisnis yang sangat besar, khususnya di sektor peralatan rumah tangga, mobil baru, dan dana syariah.

Sampai hari ini, 90% bisnis BAF berasal dari pembiayaan untuk kendaraan roda dua merek Yamaha. Di balik itu, 20% saham BAF Indonesia memang dimiliki oleh Yamaha. Sisanya, bisnis BAF ada di sektor pembiayaan elektronik, perlengkapan rumah tangga, alat pertanian, dana syariah, dan yang terbaru adalah pembiayaan mobil baru.

“Lima tahun ke depan, kami ingin mengubah proporsi ini. Harapannya, bisnis kami akan bergeser 60% Yamaha, 40% bisnis lainnya. Bagi kami, yang terpenting adalah harus mendiversifikasi portofolio kami. Karena 90% bisnis di motor ini sangat berisiko,” tutup Lynn.

Editor: Sigit Kurniawan

Related