Produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) harus bisa menemukan celah di tengah pandemi. Menurut Ni Luh Putu Ayu Setiawati, Business Unit Head Kalbe Nutritional dalam paparannya di acara Jakarta Marketing Week 2020, Minggu (20/09/2020) mengatakan bahwa pelaku di industri FMCG harus memiliki sikap seperti elang selama pandemi. Menurutnya, burung ini menjadi perumpamaan sempurna dari bagaimana pelaku industri harus bersifat agile dan berani.
“Burung elang merupakan burung yang memiliki prinsip. Mereka adalah burung yang menyukai badai. Saat badai menerjang,mereka akan terbang tinggi dan matanya akan semakin tajam. Burung elang juga tidak mau memakan bangkai, mereka hanya ingin makan yang terbaik,” kelas Ni Luh.
Dari prinsip burung elang, Ni Luh memberikan empat nilai yang harus dimiliki marketeer di industri FMCG. Di antanya:
- Fly Higher
Di masa seperti ini, pemasar harus berusaha terbang lebih tinggi. Lihat peluang yang bisa dipenetrasi. “Contohnya apa yang saya lakukan pada produk susu diabetes. Di masa seperti ini, produk susu diabetes mengalami challenging situations. Konsumennya sebagian besar orang tua yang tidak bisa keluar karena pembatasan. Jika dibiarkan, penjualan bisa turun drastis. Dari sana, kami lihat peluang sekecil apapun. Saya menemukan peluang pemasaran besar pada sisi caregiver.
Kalbe Nutritions kemudian memperkuat pasar digital yang menyasar para perawat orang tua dengan penyakit diabetes. Hasilnya, sangat memuaskan dengan respons yang positif dan relevansi strategi marketing yang menjadi lebih tepat.
- Agile
Seperti burung elang, pemasar harus bersikap agile terutama dalam menentukan strategi beradaptasi. Ni Luh menyampaikan dengan agilitas tinggi, berfokuslah pada target market dan hadirkan konten yang relevan. Ni Luh memberikan contoh kesuksesan produk snack Oreo yang berhasil menguasai market share selama pandemi akibat agilitasnya menciptakan produk tren baru, Oreo Red Velvet.
- Stretch
“Expand the knowlegde and collaboration,” kata Ni Luh. Burung elang akan melebarkan sayapnya saat menghadapi badai dan itulah yang harus dilakukan pemasar dalam menghadapi pandemi. Apalagi jika ekspansi dilakukan dengan mengukur potensi digitalisasi yang terjadi di masa pandemi. Ni Luh mengatakan, pihaknya berhasil menjadi yang pertama mengumpulkan 1.000 orang dokter spesialis diabetes di Asia Tenggara untuk mengadakan webinar dengan topik tersebut. Kolaborasi ini berhasil membesarkan nama Kalbe Nutritions di kawasan regional.
- See the Opportunity
Terakhir, pandemi harus menjadi momentum untuk menghadirkan produk baru. Saat pandemi, pasti ada perubahan kebutuhan konsumen demi menjamin kesehatan agar tetap survive. Kalbe sendiri menyikapi dengan inovasi layanan tes PCR dari rumah dan memperkenalkan produk herbal baru Fatigon Promuno.
“Sebagai pemasar, harus selalu berupaya untuk terbang tinggi dengan meningkatkan agilitas, ekspansi, dan terus melihat peluang tidak hanya untuk survive, tapi juga meningkatkan daya saing,” pungkas Ni Luh.
Editor: Ramadhan Triwijanarko