Penetrasi customer terhadap produk asuransi kian terbuka setelah kehadiran pandemi, COVID-19. Sektor bisnis asuransi pun kian dilirik para customer. Tak ingin kehilangan momentum, Prudential Indonesia bergerak cepat menghadirkan inovasi yang bisa mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan. Tidak hanya untuk hari ini, melainkan di masa mendatang.
Prudential menyadari brand harus selalu ada dan tidak boleh meninggalkan customer mereka dalam situasi apa pun. Untuk itu, Prudential meluncurkan inisatif proteksi COVID-19 kepada seluruh nasabah Prudential Indonesia.
Inisiatif ini kemudian diperluas oleh Prudential dengan memberikan perlindungan kepada masyarakat luas melalui aplikasi mobile Pulse by Prudential, dan sejumlah partner digital Prudential dengan memberikan asuransi personal accident bebas premi dan proteksi COVID-19.
“Pandemi ini memang membawa banyak perubahan dalam pola hidup masyarakat. Salah satunya adalah munculnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan kesehatan dari asuransi. Dan disinilah Prudential akan memberikan bantuan kepada masyarakat tentang pemilihan asuransi kesehatan dan juga perlindungan keuangan terbaik bagi nasabah,” ungkap Luskito Hambali, Chief Customer & Marketing Officer Prudential Indonesia kepada Marketeers.
Berkat kreativitas dan langkah strategis yang berkelanjutan ini, Prudential Indonesia memperoleh Marketing Sustainability Brand (MSB) Appreciation dari MarkPlus, Inc.
Hermawan Kartajaya, Founder and Chairman MarkPlus, Inc. mengatakan, penting bagi perusahaan untuk mempersiapkan bisnis mereka menghadapi situasi the new normal yang segera datang.
Bagi perusahaan yang saat ini mengalami growing, seperti sektor asuransi perlu melakukan langkah servicing. Bukan hanya meraup keuntungan sebanyak mungkin. Di masa seperti ini, perusahaan juga harus menunjukkan kepedulian kepada komunitas sekitar. Mereka harus mengambil langkah MSB.
“Ketika permintaan tinggi, perusahaan harus memberikan layanan sebaik mungkin kepada para customer. Perusahaan tidak boleh mengambil langkah egois lantaran produk atau layanan mereka tengah banyak dicari. Mereka harus meningkatkan reliability dalam menyediakan solusi atas anxiety para customer,” jelas Hermawan.
Perusahaan perlu melakukan preparing untuk mempersiapkan diri beroperasi ketika pandemi ini berakhir. Termasuk, memperhatikan balance sheet mereka.
“Marketing pun harus memperhatikan produk atau fitur yang relevan di masa depan. Operations harus memperhatikan penyampaiannya kepada konsumen, dan teknologi difokuskan untuk inovasi pengembangan produk,” terang Hermawan.
Di fase actualizing, perusahaan perlu memperhatikan profitabilitas untuk mengejar ketertinggalan di masa awal pandemi muncul.
Brand akan semakin penting di masa post-normal. Sementara, kualitas harus kembali disesuaikan dengan tuntutan baru konsumen. Hermawan menegaskan, teknologi pun semakin diarahkan untuk humanity di masa depan, tidak hanya untuk kepentingan perusahaan saja. Interaksi antarorang semakin terintegrasi antara offline dan online alias OMNI.
“Seluruh inisiatif yang kami luncurkan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan nasabah di masa pandemi ini. Demi memenuhi kebutuhan nasabah yang mungkin akan mengalami perubahan, kami akan terus memonitor perkembangan sambil terus mendengarkan, dan memperhatikan kebutuhan nasabah. Bisa jadi, jika dibutuhkan, kami akan mengeluarkan program baru,” tutup Luskito.