Survei Expat Explorer HSBC mengungkapkan, Singapura berada di posisi wahid sebagai lokasi terbaik di dunia bagi kalangan ekspatriat. Telah menggantikan Selandia Baru, Jerman, Kanada, dan Bahrain selama empat tahun berturut-turut. Singapura juga menduduki peringkat ketiga untuk penghasilan tertinggi, dan kedua untuk peluang karir di Asia Pasifik (APAC)
Dalam hal pekerjaan, finansial, dan gaya hidup, Singapura memberikan kombinasi peringkat terbaik secara keseluruhan: peringkat ketiga secara global untuk ekonomi, peringkat keenam untuk pengalaman, serta peringkat kelima untuk kehidupan berkeluarga.
Sementara itu, ekspatriat di Hong Kong memiliki pendapatan paling tinggi di seluruh Asia Pasifik dengan nilai pendapatan rata-rata US$ 178,706.Angka ini lebih tinggi US$ 72,000 dari rata-rata pendatang global. Sementata ekspat Tiongkok berpenghasilan US$ 172,678 dan Singapura dengan US$ 162,172.
Berdasarkan survei itu, 59% dari ekspatriat di APAC mengatakan mereka memiliki pendapatan bersih lebih banyak dari negara asalnya. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global yang hanya 56%. Ekspatriat di Vietnam (72%) mengatakan mereka memiliki pendapatan tertinggi, diikuti oleh Singapura (65%) dan Tiongkok (64%).
Lebih dari 50% responden mengatakan kenaikan pendapatan terjadi karena meningkatnya penghasilan mereka sejak pindah ke teritori Asia Pasifik. Sementata 39% karena tagihan pajak yang lebih rendah, dan 23% mengaku perusahaan menanggung sebagian dari biaya hidup mereka seperti akomodasi, sekolah anak, dan kendaraan.
Asia Pasifik juga merupakan lokasi yang mendukung pengembangan karir para pendatang. Sekitar 72% ekspat setuju bahwa Hong Kong adalah tempat yang baik untuk memajukan karir, disusul oleh Singapura (69%) dan China (57%).
Mark Surgenor, Head of Wealth HSBC Asia Pasifik berkomentar bahwa dengan meningkatnya prospek ekonomi di Asia Pasifik, semakin banyak pasar di wilayah ini yang memberikan peluang menarik dan pengalaman beragam bagi ekspatriat. “Destinasi ekspatriat seperti Hong Kong, Singapura, dan Tiongkok dipandang menarik bagi pekerja global karena telah memperkuat posisi sebagai pusat komersial dan keuangan internasional yang tidak hanya menjanjikan pendapatan lebih tinggi, tetapi pertumbuhan karir jangka panjang,” ujar dia
Mark menambahkan bahwa naiknya pendapatan memacu pengeluaran baik di negara asal dan negara mereka bekerja. Ekspatriat di Asia Pasifik mengambil lebih banyak liburan (47%), bertempat tinggal di properti yang lebih mewah (40%) atau mengeluarkan uang lebih banyak untuk pendidikan anak-anak (21%). “Tetapi banyak juga yang menempatkan uang mereka untuk penggunaan jangka panjang melalui bentuk tabungan dan investasi,” kata dia.
Sejak pindah ke APAC, 44% ekspatriat mengatakan mereka dapat menabung atau berinvestasi untuk hari pensiunnya. Kemudian, 34% dapat menyimpan atau berinvestasi untuk membeli properti di belahan dunia manapun, dan 27% telah dapat melunasi hutang.
Mark Surgenor menjelaskan, berpindah ke luar negeri seringkali diartikan sebagai peningkatan dalam pendapatan bersih, tetapi hal ini juga membawa kepelikan. Sekitar 65% ekspatriat di Asia Pasifik setuju bahwa mereka harus mengelola keuangan mereka lebih baik sejak menjadi ekspatriat.
“Tetapi hanya setengah (48%) telah meminta saran dari penasihat keuangan profesional, dengan lebih dari sepertiga (39%) mengandalkan saran dari teman atau keluarga,” ujar Mark.
Editor: Eko Adiwaluyo