Nissan Motor, produsen kendaraan bermotor asal Jepang yang terancam bangkrut berkeinginan untuk merger atau bergabung dengan Honda Motor. Isu tersebut langsung menerbangkan saham Nissan sebanyak 27% pada Rabu (18/12/2024) dan mencatat kenaikan terbaik sejak 1985.
Dilansir CNBC, Rabu (18/12/2024), merger itu dikabarkan melahirkan entitas baru yang memperkuat perusahaan dan memperluas fokus untuk berinvestasi besar di pasar kendaraan listrik. Surat kabar Nikkei mengabarkan, Honda dan Nissan akan menandatangani nota kesepahaman untuk merealisasikan rencana besar tersebut.
BACA JUGA: Nissan Terancam Collapse, Tertekan Mobil Listrik Cina
Tak hanya itu, Mitsubishi Motors juga akan masuk dalam merger lantaran Nissan menjadi pemilik saham terbesar, dengan mengempit sebanyak 24% saham. Vivek Vaidya dari perusahaan riset Frost & Sullivan mengatakan penggabungan ini dipicu oleh kinerja keuangan Nissan yang kurang baik.
Pada bulan November, Nissan telah membukukan kinerja yang suram untuk kuartal II tahun 2024, dan memangkas pendapatan sepanjang tahun beserta target operasionalnya. Produsen mobil ini juga mengumumkan rencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 9.000 karyawan dan memotong kapasitas produksi global sebesar seperlima di tengah persaingan ketat di pasar.
BACA JUGA: Aksi Sosial Jadi Cara Unik Pecinta Nissan X-Trail Peringati HUT RI
Joe McCabe, presiden dan CEO AutoForecast Solutions menuturkan Nissan membutuhkan revitalisasi setelah hubungannya dengan Renault memburuk.
“Nissan benar-benar tidak memiliki posisi kepemimpinan di salah satu segmen yang mereka ikuti,” ujarnya.
Dalam sebuah pernyataan, Nissan memang mempertimbangkan integrasi bisnis dengan Honda, namun tidak menjanjikan merger bisa terealisasi. Nissan tetap membuka kemungkinan untuk kolaborasi pada masa depan dengan Honda dan Mitsubishi Motors, tapi belum memutuskan secara pasti.
Vaidya dari Frost Sullivan menuturkan jika merger terwujud, memungkinkan ketiga produsen mobil ini untuk mendapatkan akses ke teknologi, meminimalisasi risiko inovasi, dan menciptakan efisiensi ekonomi. Di samping itu, para produsen mobil kini lebih banyak berinvestasi di kendaraan listrik sehingga merger bisa mengurangi risiko inovasi yang memakan biaya.
Gabungan perusahaan Nissan-Honda-Mitsubishi akan setara dengan lebih dari 8 juta penjualan kendaraan setiap tahunnya. Hal ini akan menempatkan perusahaan ini di antara produsen mobil terbesar di dunia, tetapi masih di bawah sesama produsen mobil Jepang, Toyota Motor, yang mencapai 11,2 juta pada tahun 2023 dan juga produsen mobil Jerman, Volkswagen, yang tahun lalu melaporkan penjualan 9,2 juta kendaraan.
Laporan merger ini menyusul dua produsen mobil Jepang yang menjalin kemitraan strategis awal tahun dalam hal komponen dan software otomotif bersama. Kerja sama ini akan menjadi merger industri otomotif terbesar sejak Fiat Chrysler dengan PSA Groupe yang berbasis di Prancis untuk membentuk Stellantis pada Januari 2021.
Industri otomotif global menghadapi beberapa tantangan, termasuk transisi ke mobil listrik, yang mana pasar ini dikuasai perusahaan, seperti Tesla dan BYD dari Cina. Volkswagen berencana untuk menutup pabrik dan memangkas ribuan pekerja di Jerman, sementara General Motors baru-baru ini menghentikan produksi Cruise, perusahaan robotika swakemudi miliknya.
Untuk Honda dan Nissan, ada juga ancaman tarif yang diusulkan oleh Presiden AS terpilih Donald Trump yang mungkin memerlukan perombakan besar-besaran rantai pasokan global.
Editor: Ranto Rajagukguk