Pasar mi instan cukup kaget dengan keberanian PT Mayora Indah Tbk merilis mi dengan harga premium lewat marketing jor-joran pada tahun lalu. Namun, usaha itu tidak sia-sia. Sebab, saat ini nama Bakmi Mewah sudah punya tempat di benak masyarakat. Di tengah gempuran mi instant di harga Rp2.000-an, produk baru tersebut hadir dengan harga di atas Rp 7.000 per bungkus.
Semua itu berkat keyakinan bahwa ceruk pasar ini masih potensial. “Orang sebenarnya jenuh dan kita berpikir apa ya? Sampai ketemu untuk membuat produk bakmi. Agar harga premium tersebut worth it, maka kami tambahkan value ayam dan jamur asli, ada sayurannya, serta tanpa pengawet,” ujar Marketing Manager PT Mayora Indah Tbk untuk Bakmi Mewah Wili Liuwanto.
Selain memperkenalkan di kanal konvensional seperti media massa, Bakmi Mewah juga bergerak cepat di media sosial. Namun, salah satu turning point si produk yang lahir pada tahun 2016 ini adalah strategi sampling di berbagai ritel. Selain awareness, masyarakat didorong untuk mencoba.
“Jadi Bakmi Mewah dikatakan murah, ya tidak. Tapi value for money, itu yang kami inginkan. Dengan harga premium tersebut, sepadan dengan yang ditawarkan,” sambung Wili. Strategi membangun awareness dengan penjualan terbilang setimpal. Kini Mayora bisa menjual sampai dua juta bungkus per bulannya.
Namun, Wili belum puas dengan angka tersebut. Penjualan ditargetkan bisa naik sekitar 30% sampai 40% menyentuh angka 2,6 sampai 2,8 juta bungkus per bulan. Mayor pun telah mempersiapkan beberapa strategi agar masyarakat Indonesia terbiasa mengonsumsi Bakmi Mewah.
Dengan coba menawarkan makan bakmi ala restoran tanpa pengawet, Wili meyakini seharusnya Bakmi Mewah bisa menjadi makanan reguler konsumen Indonesia. Saat ini konsumsinya “masih” dua sampai tiga bungkus dalam satu bulan per konsumen. “Kami sedang susun strategi agar bagaimana Bakmi Mewah dikonsumsi dua sampai tiga kali seminggu. Minimal satu sampai dua kali seminggu. Benchmark-nya adalah mi instan lain yang angka konsumsinya di kisaran tersebut,” tutup Wili.