Balanced scorecard merupakan salah satu metode pengukuran kinerja yang paling banyak digunakan oleh perusahaan di berbagai jenis industri. Ukuran kinerja ini jelas sangat penting bagi keberlanjutan perusahaan.
Apa yang Anda ukur maka itulah yang didapatkan. Para top management harus mengerti bagaimana kinerja perusahaannya demi mencapai keberhasilan perusahaan.
Ukuran kinerja yang masih konvensional umumnya hanya melihat kinerja keuangan saja. Namun, apakah melihat itu saja cukup? Tentu tidak.
Suatu perusahaan berdiri tentu tidak hanya untuk tujuan profit/laba yang masuk dalam aspek keuangan. Perusahaan juga tentu ingin dapat menciptakan produk dan layanan yang membuat pelanggan senang.
Operasional perusahaan yang berjalan pun perlu efektif dan efisien. Bahkan, karyawan pun harus dapat bekerja dengan nyaman, aman, dan bahagia.
Seluruh aspek ini perlu Anda ukur karena semuanya saling berkesinambungan dan mempengaruhi satu sama lain. Inilah yang dinilai dalam Balanced Scorecard.
Untuk mendalami lebih lanjut terkait metode yang satu ini, Anda dapat menyimak artikel Marketeers yang satu ini:
Apa yang dimaksud Balanced Scorecard?
Balanced Scorecard (BSC) disusun oleh dua kata, yaitu “Scorecard” dan “Balanced”. Menurut Rusdiyanto (2010), Scorecard berarti kartu yang digunakan dalam mencatat skor hasil kinerja seseorang untuk membandingkannya dengan hasil kinerja yang sebenarnya.
Balanced berarti menunjukkan kinerja karyawan yang diukur secara berimbang melalui dua pendekatan, yaitu keuangan dan nonkeuangan, jangka pendek dan jangka panjang, serta intern maupun ekstern.
Metode pengukuran kinerja ini sendiri dikembangkan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1996 dengan menganalisis empat perspektif yang tercakup dalam perusahaan, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Menurut Kaplan dan Norton, Balanced Scorecard ini merupakan serangkaian pengukuran yang dapat memberikan para top manager gambaran perusahaan secara cepat dan komprehensif.
Menurut Saefuddin et al. (2017) dalam bukunya yang berjudul “Balanced Scorecard Strategi, Implementasi, dan Studi Kasus” menyebutkan Balanced Scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang bersifat komprehensif dan integral untuk memudahkan para pengambil keputusan dalam memandang organisasi dari berbagai perspektif. Dalam buku tersebut juga menjelaskan kinerja perusahaan yang hanya bertolok ukur pada aspek keuangan saja sering kali memberikan bias informasi, sehingga nantinya berdampak pada pengambilan keputusan organisasi yang bertindak secara keliru.
Hal ini tentu membuat strategi perusahaan tidak berjalan secara optimal, bukan? Salah strategi berarti salah langkah. Ini mendorong perusahaan malah menjauh dari tujuan yang diinginkan.
Dalam balanced scorecard, terdapat istilah lead indicator (indikator pemicu) dan lag indicator (indikator hasil). Kinerja keuangan umumnya dijadikan sebagai indikator hasil perusahaan, sedangkan lag indicator adalah seluruh indikator yang termasuk dalam perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.
Indikator tersebutlah yang akan menggiring baik buruknya kinerja keuangan dalam jangka panjang. Kinerja keuangan yang baik tentu tidak lahir dengan sendirinya.
Terdapat banyak aspek yang berperan, baik itu kepuasan pelanggan, jumlah pelanggan loyal, efektivitas strategi pemasaran, bahkan tingkat kepuasan karyawan dalam bekerja.
BACA JUGA: Apa Itu Customer Acquisition dan Cara Menghitung CAC bagi Bisnis
Keunggulan Balanced Scorecard
Menurut Mulyadi (2014), setidaknya terdapat empat keunggulan utama dari metode Balanced Scorecard ini:
1. Komprehensif
Pendekatan BSC yang tidak hanya menganalisis kinerja keuangan, tetapi juga nonkeuangan menjadikan metode ini mampu melihat keseluruhan kondisi perusahaan. Hal ini membuat pihak manajemen jauh lebih bijak dalam merencanakan strategi dan merencanakan strategi yang jauh lebih kompleks di masa mendatang.
2. Koheren
BSC dibuat dengan berdasar pada prinsip cause-and-effect relationship yang disebut hubungan kausal atau sebab akibat. Setiap perspektif akan saling berkaitan satu sama lain.
Kinerja setiap indikator akan mampu berdampak pada indikator lain di perspektif yang berbeda. Inilah yang disebut koheren. Hasil analisisnya akan jauh lebih mendalam dan tepat sasaran.
3. Berimbang
BSC berfokus untuk dapat memelihara keseimbangan dalam empat perspektif. Keseimbangan ini yang menjadikan informasi dapat lebih menyeluruh terhadap seluruh kondisi perusahaan, tentunya hal ini akan berdampak besar bagi kinerja keuangan.
Keseimbangan inilah yang tentunya akan selalu dicari oleh seluruh stakeholder perusahaan, terutama para pemegang saham agar nilai perusahaan dapat terjaga baik dalam jangka panjang.
4. Terukur
Balanced scorecard menyajikan alat pengukuran kinerja yang terukur dan sudah mencakup keseluruhan perspektif dalam sebuah perusahaan. Inilah yang menjadikan BSC memiliki keakuratan yang tinggi untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
BACA JUGA: Net Promoter Score: Berkenalan dengan Promoter dan Detractor
Empat perspektif dalam Balanced Scorecard
1. Perspektif keuangan (financial)
Perspektif BSC yang menggambarkan kinerja keuangan perusahaan, seperti ROI, ROA, profit margin, dan sebagainya.
2. Perspektif pelanggan (customer)
Perspektif yang memberikan gambaran kinerja pelanggan yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan, tingkat retensi pelanggan, churn rate, market share, jumlah akuisisi pelanggan baru, dan sebagainya.
3. Perspektif proses bisnis internal (internal business process)
Perspektif BSC yang menggambarkan kualitas, produktivitas, efisiensi, dan efektivitas operasional perusahaan, mulai dari produk, layanan, dan proses bisnis. Indikator yang digunakan mulai dari jumlah produk gagal, jumlah produk inovasi, tingkat ketepatan waktu pengiriman, ketepatan perencanaan stok produk, efektivitas strategi pemasaran, ROMI, dan lainnya.
4. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran (learning and growth)
Perspektif BSC ini berkaitan dengan sumber daya manusia, budaya perusahaan, infrastruktur, fasilitas kerja, dan sebagainya yang berkaitan dengan karyawan sebagai aset terpenting perusahaan. Indikator yang bisa digunakan terkait tingkat produktivitas karyawan, kepuasan karyawan, tingkat turnover karyawan hingga jumlah pelatihan kerja.
Metode Balanced Scorecard ini dapat digunakan perusahaan untuk berbagai industri, mulai dari perbankan, manufaktur, hingga nonprofit. Keempat perspektif tersebut juga tidak saklek dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Bahkan, di salah satu penelitian yang pernah dilakukan oleh Singh & Raj (2020), mereka memasukkan perspektif sustainability dalam matriks Balanced Scorecard. Keseluruhan indikator yang digunakan sebagai bahan penilaian ini perlu diselaraskan dengan visi dan misi perusahaan.
Selain itu, menurut Saefuddin et al. (2014), investasi yang digunakan untuk menerapkan analisis pengukuran kinerja tersebut pun cukup besar, sehingga banyak juga perusahaan yang gagal dalam menerapkan strategi ini. Oleh karena itu, penting bagi Anda dan perusahaan untuk dapat merencanakan BSC untuk urgensi perusahaan dalam jangka panjang.
BACA JUGA: Apa yang Dimaksud Customer Churn dan Cara Menghitung CCR
Editor: Ranto Rajagukguk