iPhone boleh dibilang merupakan smartphone paling populer di dunia sejak diperkenalkan tahun 2003. Sejumlah komentar tentang sisi positif dan negatif dari iPhone pun dikemukakan ole para pemerhati gawai hingga konsumen awam. Masing-masing memberikan argumen sahih mereka.
Ketika pro dan kontra dari perangkat ini berjalan tiada henti, fakta bahwa iPhone adalah merek ponsel pintar terlaris di dunia tidak diragukan lagi. Lantas, apa yang membuat iPhone begitu mahal? Alasannya sebenarnya amat sederhana, akan tetapi tersembunyi dari pandangan banyak orang.
iPhone tidak dibangun dari barang murah
Ketika Apple meluncurkan iPhone, ia memang ingin menciptakan smartphone premium yang tidak berkompromi dalam hal kualitas. Setelah memposisikan produknya sebagai premium brand, Apple tidak mampu untuk tidak menggunakan komponen premium dalam piranti mereka.
Meskipun margin keuntungan Apple lumayan besar, komponen di dalam iPhone masih jauh lebih mahal ketimbang kebanyakan pesaing Android di pasaran.
Perusahaan analis IHS iSuppli telah menghitung harga komponen yang digunakan dalam smartphone secara rinci. Sebagai contoh sederhana, jika Moto G dan iPhone dibandingkan maka selain dari baterai, hampir setiap komponen lain masih jauh lebih murah dibandingkan yang dimiliki iPhone. Ini termasuk lampu flash, layar, memori, dan sensor.
Faktanya, beberapa komponen Moto G menghabiskan sekitar setengah dari yang diinvestasikan iPhone. Kemasan yang disediakan Moto G juga jauh lebih murah daripada yang dimiliki iPhone. Perkiraan kasar iSuppli menyebut, komponen dan biaya perakitan Moto G sekitar US$ 110, sementara iPhone sekitar US$ 200.
Ini menunjukkan bahwa Apple memang memiliki biaya produksi yang relatif tinggi untuk iPhone.
Ekosistem Apple
Ketika konsumen membeli iPhone, mereka sebenarnya juga membeli ekosistem Apple yang mampu mengakses ke lebih dari satu juta aplikasi dan fitur, seperti layanan iMessage, FaceTime dan iCloud yang dibundel secara gratis. Ada pula platform iOS yang selalu menawarkan pembaruan.
Ekosistem yang seragam memang membantu Apple menghindari konflik kompatibilitas di seluruh perangkat iPhone dan iOS.
Perhitungan biaya yang digelontarkan Apple untuk ekosistem premium ini sulit diperoleh, tetapi bisa dikatakan bahwa biaya para pengembang perangkat lunak, para perancang, dan tenaga teknis lainnya membuat biaya setiap iPhone menjadi mahal.
Faktor Apple-Nomics
Faktor lain yang turut menambah beban harga iPhone adalah “ekonomi unik” ketika dibandingkan dengan smartphone Android.
Sebagaimana dibahas di atas, Apple membayar lebih dari para kompetitornya ketika menciptakan piranti iPhone. Karena biaya dasar yang tinggi ini, pasokan iPhone relatif lebih rendah ketimbang pesaing Android premium lain.
Lantaran iPhone berhasil meningkatkan popularitas yang luar biasa, permintaannya menjadi sangat tinggi, namun tidak dengan kuantitas pasokan. Seperti layaknya hukum ekonomi, persediaan rendah ditambah dengan permintaan besar dari pasar, membuat Apple berleluasa menciptakan harga premium.
Gelombang iBuzz
Apple menghabiskan banyak uang untuk biaya iklan dalam rangka menciptakan sensasi terus-menerus seputar produk-produknya. Tidak ada yang lebih menonjol sebenarnya ketimbang perangkat berbasis iOS-nya. Hal itu hampir selalu melebihi pesaingnya setiap tahun.
Apple sukses menciptakan pengikut fanatik untuk produk-produknya. Perusahaan telah sangat efektif dalam merangsang para pelanggan lama mereka untuk membeli setiap produk baru yang diluncurkan. Ini menghasilkan penjualan fantastis sesaat setelah produk baru dipajang di toko-toko ritel.
Daya tarik utama yang menyebabkan kehebohan ini adalah karena Apple merilis produknya hanya setahun sekali. Biaya yang diperlukan untuk membuat buzz marketing ini masuk ke dalam biaya ritel iPhone.
Sebagai tambahan, bisnis Apple didasarkan pada apa yang disebut increased profit margin business model atau strategi marjin laba tinggi. Sementara, sebagian besar pesaing Android-nya lebih memilih high volume business model atau bisnis berdasarkan volume penjualan.
Apple dapat mempertahankan harga tinggi untuk iPhone-nya karena dibantu oleh ekonomi penawaran-permintaan yang berhasil mereka buat. Alasan-alasan ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana dan mengapa iPhone menjadi produk mahal.
Bayangkan, iPhone X saat dirilis di iBox dibanderol mulai dari Rp 17,9 juta. Harga itu lebih dari empat kali lipat dari rata-rata pendapatan per kapita masyarakat Indonesia per bulan.
Lalu, apakah Anda merasa bangga memiliki iPhone karena harganya yang mahal?
Editor: Sigit Kurniawan