Gempa yang melanda Palu, Sulawesi Tengah pada September 2018 telah memakan korban sebanyak 4.402 jiwa. Bukan hanya itu, bencana alam ini berdampak besar pada masyarakat setempat terutama di sektor kesehatan dan perekonomian. Sekitar 25% perekonomian Sulawesi Tengah ditopang oleh pertanian. Khusus di Kabupaten Sigi, gempa telah merusak daerah irigasi Gumbasa yang menyebabkan para petani padi tidak dapat lagi menanam padi.
Sebagai perusahaan global dengan kompetensi di bidang kesehatan dan pertanian, Bayer membantu pemulihan penghidupan petani Sigi pascagempa. Dalam hal ini, Bayer memberikan bantuan berupa instalasi fasilitas pengairan dan pendampingan teknis agronomi. Hasilnya, petani Sigi binaan Bayer merayakan panen jagung perdana yang mencapai 7,9 ton per hektare dengan kualitas grade A. Angka ini lebih tinggi dari produktivitas rata-rata nasional.
Dukungan Bayer untuk bidang pertanian tersebut merupakan dukungan tahap final dari nilai keseluruhan Rp 2,3 miliar. Jumlah ini didapat dari gabungan dana korporasi dan solidaritas karyawan Bayer di ASEAN, Mexico, dan Basel (Swiss). Di tahap pertama Bayer telah memberikan bantuan cepat tanggap berupa pengadaan air bersih dan fasilitas sanitasi.
“Untuk masyarakat Sigi, Bayer berfokus pada penanggulangan di bidang kesehatan dan pertanian sesuai ranah keahlian kami. Pada tahap awal, bantuan Bayer dalam bentuk air bersih dan peralatan sanitasi telah menjangkau 30% dari total pengungsi (lebih dari 32.000 dari total 93.187 orang),” ujar Direktur Bayer Indonesia Mohan Babu.
Pada tahap final, instalasi mesin pompa air dan sumur dari Bayer berhasil mengairi 300 hektare lahan pertanian. Pendampingan teknis agronomi juga telah membawa hasil panen para petani Sigi mencapai 7,9 ton per hektare, di atas produktivitas rata-rata nasional.
“Pasca bencana, pemulihan bidang pertanian dan ketersediaan air menjadi kebutuhan yang paling mendesak bagi masyarakat Kabupaten Sigi, khususnya para petani,” ujar Moh Irwan, Bupati Sigi.
Irwan pun sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Bayer dan Yayasan Mercy Corps Indonesia sebagai mitra.
Editor: Sigit Kurniawan