Bangun Konektivitas Udara dan Laut, Olly Dondokambey Sukses Jadikan Sulut Hub Asia Pasifik
Provinsi Sulawesi Utara berhasil menjadi penghubung atau hub antara Indonesia, khususnya wilayah tengah dan timur dengan Asia Pasifik. Hal ini lantaran telah terhubungnya konektivitas udara dan laut melalui pembangunan berbagai infrastruktur.
Olly Dondokambey, Gubernur Sulawesi Utara menjadi salah satu sosok kunci di balik kesuksesan wilayah tersebut menjadi penghubung Indonesia dengan Asia Pasifik. Dalam dua periode kepemimpinannya, upaya peningkatan konektivitas telah dilakukan di antaranya seperti pembangunan jalan tol Manado-Bitung, Manado outer ring road, Bandar Udara Bolaang Mongondow, Bendungan Lolak dan Kuwil, serta penyiapan sarana dan prasarana dikawasan ekonomi khusus (KEK).
BACA JUGA: Gencar Transformasi, Pelindo Tingkatkan Efisiensi Industri Logistik
Tidak hanya itu, upaya peningkatan konektivitas internasional juga telah dilakukan dengan pembukaan jalur pelayaran langsung Bitung-Cina. Termasuk pula penerbangan langsung Manado menuju Singapura, Jepang, Cina, dan Malaysia.
Adapun ekspor langsung perdana dari Sulawesi Utara ke Cina melalui Pelabuhan Bitung menggunakan SITC telah dimulai sejak Februari 2024, dan juga telah terdapat penerbangan langsung China Southern Airlines ke Manado sebanyak tiga kali sepekan. Termasuk penerbangan langsung ke negara lainnya, seperti Singapura dan Jepang.
BACA JUGA: Jasa Distribusi dan Logistik Energi Tumbuh, Laba Elnusa Naik 33%
“Adanya jalur kapal secara langsung (direct call) melalui Sulawesi Utara, maka jarak tempuh antara Indonesia dengan negara-negara di Asia Pasifik akan semakin efektif dan efisien, sehingga dapat menjadi sarana peningkatan pendapatan atau ekonomi baru, penanaman modal dan industri baru terutama di Indonesia bagian Tengah dan Timur, serta sebagai pemberi berbagai dampak lanjutan (multiplier effect) yang positif,” kata Olly dalam acara Dialog Ekonomi Optimalisasi Jalur Perdagangan Asia Pasifik Dari Indonesia Bagian Timur, Kamis (11/7/2024).
Menurutnya, dengan pembukaan jalur langsung baik orang maupun barang, diharapkan adanya efisiensi logistik baik dari sisi waktu maupun biaya. Jika ekspor melalui pelabuhan di pulau Jawa, waktu yang diperlukan selama lima hingga 10 hari sedangkan waktu yang diperlukan dari Bitung – China hanya empat hari atau tujuh hari jika rute yang ditempuh yaitu Bitung-Filipina-China.
Dengan jarak yang cukup dekat seharusnya biayapun bisa dipangkas. Demikian juga waktu tempuh untuk pergerakan orang dari Indonesia Tengah dan Timur jika melalui Soekarno-Hatta dan Bali memerlukan waktu sekitar tujuh hingga delapan jam sedangkan bila direct dari Manado atau Makassar hanya tiga hingga empat jam.
“Penerbangan langsung ke beberapa negara dari Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado, maka pergerakan orang yang selama ini hanya berfokus melalui Bandara Soekarno-Hatta Jakarta dan Bandara Ngurah Rai Bali dapat beralih ke Bandara Sam Ratulangi Manado,” ujarnya.
Di sisi lain, Olly menyebut, konektivitas tersebut telah berdampak positif ketika pemerintah memberikan insentif fiskal berupa kawasan berfasilitas KEK. Di Sulawesi Utara terdapat dua Kawasan Ekonomi Khusus yaitu KEK Likupang yang berorientasi pada pariwisata dan KEK Bitung yang berorientasi pada manufaktur.
Tidak hanya itu, di kawasan Indonesia Tengah lainnya ada pula KEK Palu dan Morowali di Sulawesi Tengah. Sedangkan di kawasan Indonesia Timur ada KEK Sorong di Papua Barat, dan KEK Morotai di Maluku Utara.
“Komoditas ekspor terbesar dari wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua adalah Ferro Aloyys, rumput laut dan ganggang lainnya, nickel matte, gas petroleum, biji tembaga, produk besi baja, minyak kelapa sawit, sulfat, dan alumunium,” ujarnya.
Editor: Ranto Rajagukguk