PT Pupuk Indonesia (Persero) akan segera membangun pabrik pupuk Pusri-IIIB untuk meningkatkan daya saing dan menjaga ketersediaan pupuk nasional. Lewat proyek tersebut, perseroan akan menghemat biaya produksi lantaran pabrik dibangun dengan menggunakan teknologi rendah energi sehingga memberikan efisiensi dan ramah lingkungan.
Kartika Wirjoatmodjo, Wakil Menteri BUMN menuturkan teknologi low energy pabrik Pusri III-B dapat meningkatkan competitiveness produk Pupuk Indonesia Group. Termasuk pula meraih tata kelola industri pupuk nasional sehingga berdampak positif pada kinerja perusahaan dan menjadi modal menuju go global.
BACA JUGA: Gencar Inovasi, Pupuk Indonesia Raih Potensi Benefit Rp 2,5 Triliun
“Pabrik Pusri III-B ini dibangun dengan teknologi low energy dan menggantikan pabrik yang sudah kurang efisien dalam penggunaan energinya. Pabrik Pusri III-B diharapkan dapat menurunkan konsumsi bahan baku yaitu gas sebesar 13 million british thermal unit (MMBTU) per ton atau penghematan setara Rp 1,1 triliun per tahun dari biaya gas,” kata pria yang akrab disapa Tiko melalui keterangannya, Senin (16/10/2023).
Proyek Pusri III-B yang dalam waktu dekat akan dibangun di Palembang, Sumatera Selatan. Tiko meminta pembangunan pabrik Pusri III-B dilaksanakan sesuai target.
BACA JUGA: Gantikan Bakir Pasaman, Rahmad Pribadi Jadi Dirut Pupuk Indonesia
“Kalau tanda tangannya di depan saya nanti jangan cost overrun dan jangan ada delay, karena tanda tangannya di depan saya, dari efisiensi energi tersebut diharapkan dapat menjadi value creation, di mana Pupuk Indonesia dapat meningkatkan competitiveness product dan tata kelola industri pupuk, sehingga memengaruhi kinerja perusahaan menjadi lebih baik untuk menjadi salah satu global player di chemical dan vertilizer industry,” ujarnya.
Sementara itu, Rahmad Pribadi Direktur Utama Pupuk Indonesia menambahkan pabrik yang berlokasi di Palembang ini akan dioperasikan oleh salah satu anak usaha Pupuk Indonesia, yaitu PT Pusri Palembang. Selain itu, penggunaan teknologi baru akan diterapkan dan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi konsumsi bahan baku dan energi, sehingga menjamin daya saing produk dan keandalan produksi pupuk.
Dia menyebut estimasi nilai investasi proyek Pusri-IIIB sendiri adalah sebesar Rp 10,5 triliun yang sudah termasuk owner cost dengan masa konstruksi sekitar 40 bulan. Proyek ini diharapkan sudah dapat beroperasi secara komersial pada tahun 2027.
Pendanaan proyek berasal dari kredit sindikasi investasi perbankan yang terdiri atas delapan perbankan nasional dengan Bank BNI sebagai agen fasilitas dan Bank Mandiri sebagai agen jaminan.
“Salah satu upaya perusahaan meningkatkan efisiensi adalah melalui revitalisasi pabrik pupuk untuk menurunkan konsumsi bahan baku dan konsumsi energi dengan menggantikan pabrik yang sudah tua dengan pabrik baru yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan. Pusri IIIB dibangun dengan tujuan untuk menggantikan pabrik Pusri-III dan Pusri-IV yang sudah cukup tua usianya,” ujarnya.
Pabrik Pusri IIIB akan mampu mengurangi emisi hingga 300.000 ton karbon dioksida per tahun. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi amonia 445,5 ribu ton per tahun dan pupuk urea 907,5 ribu ton per tahun.
Dari sisi penggunaan energi, Pabrik Pusri-IIIB menggunakan teknologi low energy dengan rasio konsumsi energi untuk produksi urea sebesar 22 MMBTU/ton dan ammonia 32,89 MMBTU per ton.
“Saat ini perseroan menempati peringkat enam perusahaan pupuk di dunia. Dengan meningkatnya efisiensi, kami tentunya berharap bisa menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi, termasuk bersaing di pasar regional dan internasional,” kata Rahmad.
Editor: Ranto Rajagukguk