Dikenal sebagai Kota Seribu Sungai, Banjarmasin mulai membangun ekosistem dunia digital dalam rangka menuju kota cerdas atau smart city. Mampukah ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ini menjelma sebagai Kota Seribu Startup?
Memang, Provinsi Kalimantan Selatan sedang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh merosotnya sejumlah harga komoditas, seperti batu bara yang merupakan basis ekonomi di Banjarmasin, termasuk provinsinya, Kalimantan Selatan. Kemerosotan itu sejalan dengan penurunan ekonomi Tiongkok yang menjadi importir batu bara dari Kalimantan.
Pertumbuhan ekonomi di Kota Banjarmasin sempat menyentuh 6,93% pada tahun 2013. Namun, setelah itu, angkanya terus merosot menjadi 6,41% tahun 2014 dan 5,79% tahun 2015.
Melihat kondisi yang masih dianggap berat untuk pulih, Banjarmasin membutuhkan alternatif usaha untuk meningkatkan perekonomian, seperti usaha jasa, perdagangan dan pariwisata.
Karenanya, peran generasi muda amat diperlukan untuk mengatasai permasalahan ekonomi Banjarmasin dengan pemanfaatan teknologi secara maksimal. Pasalnya, teknologi mampu menciptakan peluang bisnis. Seperti membantu memasarkan produk UKM ke khalayak luas dengan biaya yang rendah.
Hal ini diungkapkan oleh Rahmat Danu Andika, Head of Business Partner Bukalapak.com saat menjadi pembicara di roadshow The NextDev 2016 #UntukBanjarmasin di Gedung Aula Politeknik Negeri Banjarmasin, 15 September lalu.
“UKM memiliki kekuatan besar, karena menyumbang lebih dari 50% PDB daerah. Karenanya, UKM Indonesia harus naik kelas. Jika tidak, UKM kita akan tertinggal dengan UKM negara ASEAN lain,” tuturnya di depan 430an mahasiswa/i yang hadir di aula tersebut.
Dani menerangkan, Bukalapak dan beberapa perusahaan e-commerce lokal lainnya sedang berusaha membangun ekosistem berjualan online di Indonesia. Ia mengaku, pengguna Bukalapak telah mencapai 10 juta dengan kunjungan rata-rata empat juta pengunjung unik per hari.
“Dalam membangun startup yang sukses, penting bagi kita untuk peka terhadap kebutuhan sekitar. Platform yang dibuat harus mengadaptasi kebutuhan masyarakat lokal,” pesan Danu.
Mengomentari keberadaan ajang The NextDev 2016, Wakil Direktur Rektor Pliteknik Negeri Banjarmasin Nurhidayati mengatakan, ajang besutan Telkomsel itu menjadi kesempatan untuk menyalurkan kreativitas yang positif dan menunjang pengembangan daerah di mana mereka tinggal.
“Harapan kami, The NextDev memang benar-benar memberikan tempat bagi anak muda Banjarmasin menambah wawasan, mentoring, sehingga kita benar-benar mencerdaskan generasi muda Banjarmasin,” terang Nurhidayati.
Ia optimistis apabila anak muda Banjarmasin dapat berpartisipasi di ajang The NextDev tahun ini. Sebab, katanya, salah satu pemuda Banjarmasin berhasil menciptakan aplikasi religi yang mendeteksi bacaan panjang dan pendeknya Al-Quran.
“Kami juga berharap kami bisa menjembatani bank sampah yang ada di Banjarmasin untuk bisa memakai aplikasi yang dapat membantu pengelolaan bank sampah. Semoga ada ide-ide yang muncul untuk membantu hal tersebut,” terangnya.
Pada saat sesi rocket pitching selama tiga menit yang dilakukan oleh sepuluh startup Banjarmasin, Popok Banjar keluar sebagai pemenang dan menjadi salah satu startup yang mewakili Banjarmasin di top regional.
Popok yang merupakan singkatan dari Pengasuh Online dan Pembantu Online Keluarga menawarkan jasa penyalur pembantu, pengasuh, penjaga lansia, berbasis aplikasi mobile yang terintegrasi dengan CCTV.
Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur Popok Shop yang menjual produk perlengkapan bayi dan anak-anak secara online.
Editor: Sigit Kurniawan