Midight sale atau diskon tengah malam telah menjadi rutinitas tahunan warga ibu kota menjelang Hari Raya Idul Fitri. Berbagai pusat belanja sedang gencar mempromosikan kidnight sale yang rata-rata berjalan selama tiga hari hingga 3 Juni mendatang. Namun, Kuningan City menawarkan pendekatan berbeda.
Mal di bawah naungan Agung Podomoro Land ini justru keluar dari pakem ‘midnight sale’ dan memilih untuk menciptakan mid-day madness alias diskon di siang bolong. Pusat belanja yang berdiri sejak tahun 2012 menyelenggarakan diskon potongan harga besar-besaran dari 1-3 Juni mulai pukul 12 siang hingga delapan malam.
Fari Setaiji, Marketing Communications Manager PT Sejahtera Kelola Abadi (Kuningan City) mengatakan, sejumlah alasan membuat pihaknya memutuskan mengadakan mid-day ketimbang mid-night sale. Lagipula, ini sudah kali ketiga Kuningan City mengadakan mid-day dan dikaim suskes menggenjot transaksi penjualan.
“Pertama, kami memang menargetkan kalangan pekerja sekitar Kawasan Kuningan Jakarta di mana mereka bisa melipir untuk menikmati program mid-day sale kami,” ujar dia.
Menurutnya, adanya mid-day sale memberikan nilai diferensiasi dari sisi perusahaan. Di satu sisi, menawarkan pelanggan kenyamanan berbelanja. Sebab, mid-night sale sering membuat macet dan harus berdesak-desakan dengan banyak orang.
Fari menernagkan, sekitar 60% dari totl tenan bergabung dalam program diskon tengah hari ini. Terlebih, sebagian besar tenan fesyen yang ada di mal ini mengusung factory outlet, bukan flagship store. Sehingga, barang-brang yang disajikan memang sudah didiskon.
“Bayangkan, barang diskonan diberikan diskon lagi. Beberapa tenan Massimo Duty, Mark & Spencer, dan lainnya menawarkan produk dengan harga yang termurah bila dibandingkan dengan gerai mereka di mal lain,” paparnya.
Maklum saja, Kuningan City telah mengubah positioningnya sebagai discounted mal sejak 2015. Sejak pertama kali lahir, mal ini memposisikan diri sebagi mal fesyen kelas menengah atas. Namun, badai persaingan membuat Kuningan City harus repositioning agar bisa bertahan.
Sebab, Kuningan City berada di jalur “maut”, di mana di sepanjang Jalan Prof Dr. Satrio, Jakarta, bersemayam tiga mal. Mulai dari Lotte Shopping Avenue milik Grup Ciputra, ITC Kuningan, serta Mal Ambassador milik Sinarmas Land. Belum lagi, dalam beberapa radius kilometer dari mal itu, ada sejumlah mal lain seperti Plaza Festival milik Bakrie Land dan Kota Kasablanka milik Pakuwon Group.
Fari mengatakan, mid-day sales ini ditargetkan dapat meningkatkan transaksi penjualan 20%-35% dengan nilai Rp 5 miliar dibandingkan dengan perhelatan yang sama tahun lalu. Sementara target pengunjung yaitu 38.000 jiwa sehari.
Community Mall
Kuningan City pun berbenah dengan lebih banyak menggandeng banyak komunitas untuk mengadakan event di mal seluas 55.000 m2. Beberpaa event betema komunitas telah dihelat di mal ini, misalnya Music Gallery yang merupakan komunitas musik indie, Sole Fest yang menjual produk sneakers, dan Coffee Village yang menghadirkan kedai kopi artisan lokal.
Menurut Fari, strategi menggandeng komunitas telah membantu meningkatkan trafik dan membuat Kuningan City menjadi top of mind bagi komunitas untuk menghelat event. “Acara-acara sneakers memang sudah banyak di Jakarta. Tapi, Kuningan City selalu jadi barometer acara sneakers,” papar dia.
Reposisi tersebut mengubah komposisi dari tenant mixed. Dulu, tenan fesyen menguasai lahan ritel yang disewa. Akan tetapi, saat ini justru tenan F&B menguasai. Sampai saat ini, okupansi lahan komersial siap sewa di Kuningan City mencapai 72%.
Itu artinya, mal ini masih memiliki banyak lahan untuk menghelat event. “Kapasitas terbesar membuat event seluas 3.000 m2, menampung lima ratusan orang,” tuturnya.