PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk atau Bank Jatim berhasil menunjukkan kinerja positif selama pandemi COVID-19. Tercatat aset Bank Jatim mengalami pertumbuhan sebesar 13,8% secara tahunan (year-on-year) atau mencapai Rp 82 triliun.
Kredit atau pinjaman Bank Jatim juga mencapai Rp 44,4 triliun atau tumbuh 7,03% year-on-year. Sementara itu, Bank Jatim mencatat dana pihak ketiga sebesar Rp 69,7 triliun atau mengalami kenaikan 14% year-on-year atau secara year-to-date tumbuh sekitar 15,23%.
“Kinerja-kinerja yang tumbuh positif ini karena kami mencoba mengambil peluang termasuk dari penyaluran dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Kami pun 100% berhasil menyalurkan dana PEN dari Rp 2 triliun menjadi Rp 4 triliun,” kata Busrul Iman, Direktur Utama Bank Jatim dalam acara Government Roundtable yang diadakan oleh MarkPlus, Inc., Senin (02/11/2020).
Bank Jatim mengklaim penyaluran dana PEN dilakukan ke semua segmen strategis seperti Usaha Kecil Menengah (UKM), retil, komersil, maupun korporat. Busrul berharap, dana PEN yang telah disalurkan dapat menjadi suatu stimulus untuk mengakselerasi perekonomian regional Jawa Timur.
Selain menyalurkan dana PEN, Bank Jatim juga telah melakukan restrukturisasi kredit atau keringanan kredit kepada 2.753 debitur atau 4,32% dari total porfolio yang ada sebesar Rp 1,7 triliun.
Restrukturisasi yang ditawarkan oleh bank jatim di antaranya adalah penundaan pembayaran pokok dan/atau bunga, penurunan suku bungan atau margin, perpanjangan jangka waktu kredit, serta penambahan fasilitas kredit.
“Sebelum melakukan restrukturusiasi, bank jatim melakukan mapping mengenaik kemampuan kami dalam melakukan keringanan. Karena itu, restrukturisasi yang kami berikan dapat berjalan dengan baik sebanyak 95,34%, kolektivitas dua sebesar 4,52%, kol tiga 0,14%,” jelas Busrul.
Kinerja positif yang dilakukan Bank Jatim membawa bank ini optimistis untuk menjadi bank pembangunan daerah nomor satu di Indonesia. Busrul mengatakan dengan aset yang ada saat ini, Bank Jatim masih kalah jika dibanding dengan bank bjb dengan aset sebesar Rp 134 triliun.
“Artinya, kami harus membuat suatu sasaran menjadi bank buku ketiga dengan aset di atas Rp 100 triliun baru kemudian menjadi yang nomor satu,” pungkas Busrul.