Bank Tak Paham Millennials dalam Memberikan Kredit

marketeers article

Berdasarkan riset KPMG, hanya 27% dari 600 juta jiwa penduduk ASEAN yang sudah memiliki akun bank. Itu artinya, masih banyak segmen masyarakat yang masih kesulitan mengakses layanan perbankan. Salah satunya adalah millennials.

Padahal dari sisi jumlah, kaum milenial, mereka yang saat ini berusia 18-34 tahun, mengambil porsi saat ini sebesar 25% atau 135 juta jiwa. Dari jumlah itu, 45%-nya berasal dari milenial Indonesia.

“Jumlah milenial ASEAN yang besar itu sayangnya tidak diimbangi dengan akses mereka dalam layanan perbankan, khususnya kartu kredit,” papar Dennis Tan, CEO Avatec, perusanaan fintech asal Singapura di forum 4th ASEAN Marketing Summit, Kamis, (6/9/2018).

Dennis mengatakan, alasan kebanyakan bank belum secara jor-joran memberikan kredit kepada milenial, bukan karena ketidakmampuan milenial dalam membayar tagihan. Namun, lebih pada ketidakpahaman perusahaan perbankan dalam mengerti milenial.

Menurut Dennis, bank masih  sangat tradisional dalam memberikan assesment atau penilaian kepada calon kreditur. Mereka bahkan masih menilai hal-hal yang terkihat seperti tempat tinggal, kendaraan yang dimiliki, dan profil pendapatan.

Padahal, di era teknologi saat ini, gaya hidup milenial sudah berubah. Mungkin mereka tinggal di apartemen murah atau “ngekos”, namun pengeluaran mereka tinggi. Mungkin mereka bukan seorang pegawai tetap yang menerima gaji bulanan. Akan tetapi, pendapatan mereka bisa jauh lebih besar karena mereka berwirausaha atau menjadi pekerja freelance.

“Karena itu, pelaku perbankan perlu menyediakan alat untuk melakukan penilaian aplikasi kartu kredit yang membaca data-data digital para milenial. Data itu bisa memberikan rekomendasi kepada bank untuk mengevaluasi aplikasi kredit,” terang dia

Dia bersama timnya pun menggagas startup Avatec.ai yang memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan, machine learning, dan algoritma untuk menentukan kualitas kredit pemohon dalam hitungan detik. Avatec.ai merupakan hasil joint venture antara bank Singapura UOB dengan Pintec Technology Holding Limited. Saat ini, fokus utama Avatec adalah pasar Asia Tenggara di mana Indonesia menjadi pasar pertama.

“Penetrasi internet di pasar Asia Tenggara yang besar adalah peluang untuk menawarkan jasa perbankan yang lebih smart data dan simple credit,” terang dia.

Diharapkan, proses rumit dan konvensional yang selama ini dilakukan perbankan bisa diminimalisir. Sehingga, makin banyak konsumen yang menggunakan layanan perbankan.

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS