PT Campina Ice Cream Industry menargetkan penjualan es krim pada tahun 2022 dapat meningkat sebesar 15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Terkendalinya pandemi COVID-19 dan membaiknya ekonomi menjadi alasan ditetapkannya target tersebut.
Mustofa Sa’adji, Product Manager Campina mengklaim target yang ditetapkan sangat realistis untuk dicapai sepanjang tahun 2022. Pasalnya, ekonomi masih dirundung dengan ketidakpastian dan persaingan bisnis es krim makin ketat dengan munculnya merek-merek baru.
“Kami masih berjuang dari beberapa hal misalnya competitor yang bermain dengan harga murah dan ada juga pemain besar yang biaya iklannya 70 kali lipat lebih besar dari Campina. Namun, kami masih optimistis bisa mempertahankan pangsa pasar dan tumbuh double digit di angka 14% hingga 15%,” kata Mustofa kepada Marketeers, Senin (12/9/2022).
Menurutnya, pada tahun 2022 penjualan akan didominasi oleh produk anak-anak dan remaja. Sebab, aktivitas sosial mulai dilonggarkan yang akan mendorong pertumbuhan permintaan pada segmen tersebut.
Mustofa menyebut selama wabah merebak dan aktivitas dibatasi penjualan ditopang oleh segmen keluarga. Biasanya, produk tersebut merupakan produk premium dengan porsi yang lebih besar dibandingkan segmen anak-anak dan remaja.
“Penjualan kami pada semester I tahun 2022 cukup bagus kalau melihat beberapa tahun ke belakang. Ini ditopang oleh kegiatan-kegiatan hari besar seperti Imlek, Ramadan, dan Idulfitri yang tidak dibatasi pergerakannya. Ditambah dengan cuaca yang mendukung, kami optimistis dapat mencapai target yang ditentukan,” ujarnya.
Di sisi lain, Mustofa memberikan sinyal akan adanya kenaikan harga jual es krim di tingkat konsumen. Hal tersebut dilakukan sebagai respons kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang terjadi baru-baru ini.
Kendati demikian, dia belum memastikan berapa persen kenaikan harganya. Sejauh ini, direksi perusahaan masih melakukan penghitungan secara komprehensif rencana kenaikan harga untuk menjaga pertumbuhan bisnis.
“Kenaikan harga BBM sangat berpengaruh pada biaya operasional kami. Sebab, Campina hanya punya pabrik di Surabaya dan harus mendistribusikan dari Sabang hingga Merauke, jadi mau tidak mau harus ada penyesuaian harga,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk