Banyak Tantangan, Perempuan Tetap Menatap Positif Karier di Bidang Teknologi

marketeers article

Bagaimana peluang dan tantangan perempuan dalam berkarier di bidang teknologi? Booking.com, salah satu platform e-commerce perjalanan mengungkapkan temuan dari penelitian untuk memahami tantangan beragam gender di bidang teknologi. Termasuk persepsi, pengalaman, hingga ambisi perempuan di bidang ini.

Secara umum, para responden melihat bahwa bidang teknologi itu menarik. Mereka juga memiliki pandangan positif dari potensi yang ditawarkan. Namun, rekrutmen berdasarkan bias, komposisi tenaga kerja saat ini dan kurangnya peran perempuan dalam mengambil keputusan serta tidak adanya role model menjadi rintangan utama yang harus mereka hadapi. Sebagai catatan, penelitian ini  dilakukan di kalangan perempuan yang bekerja di bidang teknologi dan siswa perempuan yang tertarik untuk mengejar karier di industri ini.

“Peran perempuan masih sangat kurang terwakili di bidang teknologi. Hasil dari penelitian yang kami temukan, ini adalah salah satu hambatan terbesar perempuan tapi juga merupakan sebuah peluang untuk memulai sebuah perubahan. Optimisme dan ambisi yang kita lihat dari perempuan secara global untuk jadi lebih sukses dalam bidang teknologi atau bidang TI sangat menginspirasi, terutama di kalangan generasi muda, yang melihat potensi karier di bidang ini,” kata Gillian Tans, CEO  Booking.com, dalam siaran persnya.

Dalam temuan Booking.com menyebutkan bahwa sekitar tiga dari lima perempuan (64%)  mengatakan bahwa menjadi perempuan memberikan dampak positif terhadap kemampuan mereka untuk mengejar karier di bidang teknologi. Prospek yang menguntungkan ini terutama disebabkan oleh sedikitnya jumlah perempuan di industri ini (34%), sebuah kesempatan yang bagus terutama bagi mahasiswa perempuan (43%) dan siswa sekolah menengah (37%).

Meski memiliki daya tarik tertentu dan peluang yang cukup besar, penelitian Booking.com juga menunjukkan bahwa perempuan secara global masih merasa keberatan di bidang ini. Bahkan, dalam beberapa hal tertentu, pandangan menjadi seorang perempuan dirasa lebih merugikan. Terlihat dari temuan yang menyebutkan bahwa lebih dari setengahnya (52%) merasa karena sektor teknologi didominasi laki-laki. Diikuti oleh hampir sepertiganya (32%) yang mengatakan bahwa bias gender selama proses rekrutmen dianggap sebagai sebuah rintangan.

Menariknya, persepsi bias gender pada tahap perekrutan sangat variatif di berbagai tempat. Di Brasil, satu dari dua wanita (50%) merasa bahwa bias gender selama perekrutan berdampak negatif terhadap peluang untuk mendapatkan karier di bidang teknologi, yang tertinggi di antara negara-negara yang disurvei. Sementara jumlah wanita di negara-negara Eropa yang merasa seperti  ini jauh lebih sedikit, 18% di Belanda dan 22% di Inggris dan Jerman.

“Untuk memberdayakan wanita agar benar-benar berhasil dalam bidang teknologi, kami sebagai sebuah industri memiliki peluang lebih banyak untuk membuat perubahan. Ini termasuk menempatkan lebih banyak role model perempuan, menghilangkan bias gender yang dimulai dari proses rekrutmen, dan berinvestasi dalam inisiatif yang menyoroti industri ini sebagai bidang yang menarik dan cocok untuk siapa saja, dari pendatang baru hingga yang sudah senior,” kata Gillian.

    Related