Basha Market, Tak Sekadar Tempat Jualan

marketeers article

Local bazaar menjaditren baru bagi anak muda di kota-kota besar di Indonesia. Biasanya, sebuah space yang cukup besar di sebuah mal dipakai sebagai “lapak” bisnis-bisnis kreatif anak muda, mulai dari produk fashion, kuliner, hingga craft. Para pengunjung, maupun para penjual yang membuka booth, rata-rata adalah young adults, mulai dari mahasiswa hingga mereka yang memasuki awal usia 30 tahun.

Dengan berkembangnya wadah seperti ini, semakin banyak anak muda yang tidak ragu untuk mulai berbisnis di industri kreatif. Awalnya, memang hanya sedikit yang berani jadi entrepreneur. Lama-kelamaan, karena tempat untuk berjualan semakin banyak, dan biaya “sewa lapak” di acara-acara tersebut semakin terjangkau, berbagai brand yang digawangi anak muda pun bermunculan. Di ajang seperti ini, para brand lokal bisa melihat karya satu sama lain, dan saling menginspirasi.

Sayangnya, walaupun menjamur, brand lokal belum menjadi preferensi utama dibandingkan dengan brand multinasional yang memiliki store di berbagai pusat perbelanjaan dan dikenal luas oleh masyarakat. Devina Sugono dan Erin Harsono, dua anak muda Indonesia yang dulu berkuliah di San Fransisco, melihat bahwa brand lokal tidak kalah dari segi kualitas, tinggal bagaimana konsumen bisa melihat brand lokal sejajar derajatnya dengan brand multinasional. Ini yang menjadi latar belakang Devina dan Erin membuat Basha Market.

“Ide memulai Basha Market muncul waktu ngobrol dengan Erin. Dia sendiri dari Surabaya, dan waktu itu belum banyak event kreatif di sana, jadi kita ingin membuat sebuah event yang bisa membawa hiburan serta membantu mengembangkan industri kreatif juga,” kata Devina.

Mengajak brand lokal untuk bergabung ke Basha Market bukanlah hal yang gampang. Pasalnya, Basha Market diadakan di Surabaya, sementara local bazaar seperti Basha biasanya lebih lazim diadakan di Jakarta dan Bandung, yang industri kreatifnya sudah terbukti potensinya.

Devina mengaku banyak keraguan dari brand lokal saat ditawarkan membuka booth di Basha Market. “Untuk bazar di Surabaya kan kami memang yang pertama untuk skala sebesar ini. Jadi vendor-vendor yang dari Surabaya maupun Jakarta itu masih ragu, kenapa kami harus ikut Basha Market? Di Jakarta enak-enak aja kok, bazar ada tiap minggu,” kenang Devina.

Jalan keluar yang diambil Devina bersama Erin adalah mengedukasi para vendor bahwa Surabaya juga punya buying power yang besar.

“Kami harus educate mereka. Kota ini punya populasi terbesar kedua di Indonesia, buying power-nya sangat besar. Makanya personal communication itu sangat penting untuk di awal. Awalnya mereka ragu, kemudian mereka ikut, dan kemudian lihat market Surabaya, kan jadi word-of-mouth ya. Dari satu vendor, ke satu vendor, ke satu vendor. Jadi sekarang lebih mudah juga, orang udah bisa ngomong kalau Basha Market punya pasar yang bagus,” kata Devina.

Saat ditanya tentang perbedaan Basha Market dengan local bazaar lainnya yang terus bermunculan, menurut Devina, Basha Market bukan sekadar event ritel.

“Basha Market adalah platform di mana berbagai komunitas kreatif dan talenta lokal bisa mempertunjukkan karya mereka, dan juga bertemu dengan konsumen secara langsung. Banyak brand lokal tidak punya dana untuk membuka toko sendiri, jadi Basha Market bisa membantu untuk meningkatkan brand awareness mereka kepada konsumen. Di Indonesia, konsumen juga masih belum terlalu familar dengan online shopping, jadi dengan mempertemukan vendor-vendor online ini dengan konsumen secara offline, konsumen bisa lebih menerima brand mereka.”

Selain itu, Basha Market terbilang unik karena benar-benar mengedepankan elemen visual, yang bisa dilihat dari desainnya yang khas dan kuat. Sesuai konsepnya yaitu thematic bazaar, setiap kali diselenggarakan Basha Market mengangkat satu tema yang kemudian diimplementasikan dalam desain yang tidak hanya berfungsi sebagai pemanis atau dekorasi, tapi juga memberikan pengalaman mengesankan kepada pengunjung. Apalagi, semua brand yang berpartisipasi sebagai vendor diharuskan mengikuti visualisasi tema yang ditentukan.

Basha Market saat ini telah berkembang menjadi serangkaian event mulai dari Basha Market, Basha Arcade, Basha Pop Up, dan Basha Initiatives. Event terbesarnya, Basha Market, akan diselenggarakan pada 27-29 November 2015 di Grand City, Surabaya. Dengan tema besar Mad Lab, Basha Market akan menampilkan lebih kurang 140 brand lokal yang dikurasi dari lebih dari 900 pendaftar.


Artikel ini disajikan oleh Marketeers,
Ziliun.com, dan Basha Market

    Related

    award
    SPSAwArDS