Bawa Teknologi Cobot, Universal Robots Bidik Segmen Otomotif Nasional
Industri otomotif Indonesia memiliki peluang yang masih terus bertumbuh. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih terbilang rendah. Rasionya per 1.000 orang baru ada 87 mobil yang tersebar. Berbeda jauh dengan Singapura yang sudah mencapai 147 unit, Thailand 228 unit, Malaysia 439 unit, atau Brunei Darussalam yang paling banyak yakni 711 unit.
Potensi ini pun terus dimaksimalkan oleh para agen pemegang merek (APM), baik dari Jepang, China, Eropa, Amerika, hingga brand lokal Esemka yang tengah memperkuat kuda-kuda. Tidak hanya para APM, pelaku industri turunannya pun juga terus mempersolek diri. Universal Robots (UR) salah satunya. UR hadir di Indonesia sebagai penyedia teknologi robot yang mendukung proses produksi suku cadang dan perintilan di dalam indsutri otomotif.
“Kami masuk ke Indonesia melalui lima partner yang tersebar di tiga kota, Jakarta, Cikarang, dan Surabaya. Kantor regional kami sendiri berada di Singapura dan pabrik di Denmark,” ujar Sakari Kuikka, General Manager South East Asia Oceania at Universal Robots A/S dalam diskusi Forum Wartawan Otomotif (Forwot) di Jakarta, Kamis (15/8/2019)
Kuikka menyebutkan pasar otomotif menjadi pasar terbesar mereka yang diikuti oleh industri elektronik dan fast moving consumer goods (FMCG). Di segmen ini, UR membawa teknologi COBOT atau Collaborative Robot. Teknologi ini menyatukan interaksi antara robot dengan manusia.
“Keahlian kami ada pada fitur Cobot yang lebih mudah dioperasikan tanpa memerlukan tenaga ahli sebagai operatornya. Robot kami ini juga sangat compact sehingga hemat tempat dengan standar industri 4.0 yang ditetapkan oleh pemerintah,” lanjut Kuikka.
Selain Cobot, UR juga mengedepankan layanan UR+. UR+ sendiri adalah ekosistem yang disediakan untuk para partner untuk membuat aplikasi robot sendiri sesuai permintaan konsumen akhir dengan sertifikasi oleh UR. Hal ini sering dilakukan ketika konsumen akhir keduanya meminta hal-hal khusus.
“Dengan kapasitas produksi yang masih mencukupi, model bisnis semacam ini akan tetap kami pertahankan. Namun, pekerjaan rumah bagi kami saat ini adalah meningkatkan awareness. Sebab itu, kami gencar mengikuti pameran, menggelar seminar, hingga aktivasi media sosial,” tutup Kuikka.
Editor: Eko Adiwaluyo