Beauty vlogger (video vlogger) telah menjadi “televisi” bagi banyak merek kosmetik karena perannya yang memberikan ulasan sekaligus merekomendasikan produk kepada jutaan fans. Seiring perjalanan waktu, beauty vlogger mulai beralih dari seorang artis YouTube menjadi sosok entrepreneur.
Hal tersebut dapat dilihat dari sederet vlogger kecantikan dunia yang merintis bisnis tata rias dengan merek mereka sendiri. Sebut saja Michelle Pan yang merilis lini kosmetik bertajuk Em Cosmetics. Begitu pun dengan Bretman Rock melalui Eyeris Beauty, serta Kylie Jenner dengan matte lip andalannya. Produk mereka sebagian besar dijual lewat pemesanan daring.
Dengan mengantongi jutaan pengikut yang loyal, vlogger memiliki captive market yang jelas, yaitu para konsumen (khususnya perempuan) yang mencintai dunia makeup. Meski volume penjualannya masih terlampau kecil, keberadaan merek-merek kreasi vlogger ini meningkatkan level kompetisi bagi pemain kosmetik besar, seperti Revlon dan L’Oréal.
Diakui atau tidak, kekuatan vlogger tak dapat diremehkan. Google mencatat bahwa dalam semenit, ada sekira 72 jam video diunggah oleh para dokumenter, musisi, animator, dan vlogger ke dalam kanal pribadi mereka. Video yang berkaitan dengan tata rias mengalami pertumbuhan paling pesat. Laporan Google menyebut, dua dari lima perempuan menonton tutorial makeup di Youtube.
Tanpa terjun menjadi entrepreneur pun, vlogger sebenarnya telah mengantongi pundi-pundi dollar. Google pernah menyatakan bahwa ada sekitar satu juta pengguna YouTube yang memperoleh uang dari unggahan videonya. Lebih dari seribu orang di antaranya menghasilkan setidaknya US$ 100.000 atau setara Rp 1,3 miliar per tahun dari pendapatan iklan.
Gejala vlogger berwirausaha juga terjadi di Indonesia. Elizabeth Christina Parameswari alias Lizzie Parra menjadi contoh dari kasus ini. Lizzie yang memulai video vlog pertamanya pada tahun 2011 itu merinitis lini kosmetik bertajuk BLP Beauty pada tahun 2016. Sebagai langkah awal, ia menjual produk paling basic dari kategori kosmetik, yaitu pewarna bibir yang mereka sebut sebagai lip coat.
Bak mendapat durian runtuh, penjualan lipcoat BLP melesat tajam. Ia mengaku, forecast produksi selama enam bulan ke depan, telah ludes terjual hanya dalam rentan waktu satu bulan. Beban pokok penjualan pun terbilang minim, sebab BLP hanya dijual secara online melalui platform e-commerce dengan Socialla sebagai mitra resminya.
Lizzie mengatakan. dalam memenuhi permintaan yang terus meningkat, BLP tengah meningkatkan kapasitas produksi di pabrik OEM-nya yang terletak di Jakarta. Dia bilang, tahun ini, ia akan memperlebar portofolio produknya di luar lipcoat. Sekaligus mencari distributor yang mau menjual produknya di ritel-ritel offline.
“BLP akan masuk ke kategori lain, masih di lini makeup,” ujar Lizzie merahasiakan produk apa yang dimaksud. “Bulan Juni, paling lambat produknya sudah dirilis di pasar,” tambah mantan manager kosmetik mewah YSL, PT L’Oréal Indonesia ini.
Lantas, apa yang mendorong seorang beauty vlogger menjadi seorang entrepreneur? Lizzie beralasan, dunia influencer bergerak begitu dinamis. Semakin tahun, semakin banyak vlogger baru bermunculan yang menampilkan video dengan kualitas gambar yang baik. Akibatnya, influencer semacam vlogger memiliki siklus ketenaran yang pendek di dunia maya.
“Saya mungkin butuh waktu lima-enam tahun untuk bisa berada seperti saat ini. Namun sekarang, hanya butuh dua tahun bagi vlogger muda untuk bisa berada di pucuk ketenaran,” komentar Lizzie.
Paham bahwa influencer marketing di dunia digital tidak bisa bertahan lama, Lizzie banting setir menjadi pebisnis kosmetik. Pengalamannya bekerja sebagai marketer di perusahaan kosmetik, ditambah dengan ilmu marketing yang ia peroleh di Prasetya Mulya Business School, membuat perempuan ini yakin bahwa self-made artist pun bisa menjadi pengusaha sukses.
Kendati demikian, ada pengorbanan yang mesti dibayar Lizzie saat ini. Kesibukan mengurusi operasional BLP, membuatnya jarang menggunggah video-video tutorial makeup di YouTube. Lizzie juga enggan mengambil kerjaan sampingannya sebagai makeup artist.
“Saya harus bagi waktu, dan itu tidak mudah. Sebab saya punya dua brand, yaitu BLP Beauty, dan Lizzie Parra sendiri sebagai seorang influencer,” kata peraih YWN Award 2017 dari Majalah Marketeers.
Ia mengaku, belum setahun BLP beroperasi, perusahaan kosmetik lokal dan internasional sudah ada yang menawar untuk membeli mereknya. “Untuk kami jual 100% belum. Tapi menjual sebagian saham, itu masih mungkin,” terangnya.
Sebenarnya, bukan sesuatu yang baru jika seorang influencer memiliki lini bisnis sendiri. Tren itu sudah dimulai sejak era televisi, di mana banyak aktor dan aktris terkenal yang mencoba berbisnis, mulai dari mengeluarkan koleksi parfum, fesyen, kosmetik, hingga membuka restoran.
Sayangnya, sebagian besar dari influencer itu hanya “latah” berbisnis, sehingga usaha mereka gugur di tengah jalan. Ini berarti bahwa vlogger mesti mengelola bisnis secara serius dan profesional jikalau ingin tumbuh berkesinambungan.