Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengatakan, Bekraf akan memberikan solusi dalam membangun ekonomi kreatif, agar sektor ini bisa menjadi tulang punggung terhadap perekonomian nasional.
Menurutnya, selama ini ekspor Indonesia masih bergantung dengan komoditas sumber daya alam seperti batubara, minyak kelapa sawit, karet dan mineral. Namun, sekarang ini, pertumbuhan ekonomi terganggu pada saat harga komoditas andalan tersebut menurun di pasar global.
“Industri ekonomi kreatif sejalan dengan transformasi struktur perekonomian dunia, di mana terjadi perubahan pertumbuhan ekonomi dari basis sumber daya alam menjadi sumber daya manusia,” paparnya.
Dia menambahkan, perkembangan bisnis sektor ekonomi kreatif masih menemui kendala, terutama akses permodalan. Mayoritas subsektor industri kreatif yang terkendala dalam hal ini lantaran berbasis ide yang sifatnya tidak terlihat. Alhasil, sulit bagi perbankan atau lembaga keuangan menentukan nilai dan menghitung jaminannya.
“Katakan subsektor aplikasi dan game. Perbankan masih kesulitan menghitung proyeksi dan tingkat kemampuan pengembalian pinjaman si penerima kredit. Kami menyadari industri ekonomi kreatif bersifat intangible, sehingga pelaku ekonomi kreatif perlu mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang perbankan nasional sebagai sumber permodalan. Sehingga pelaku ekonomi kreatif perlu diberi wawasan dan pemahaman yang cukup mengenai skema bisnis yang dibiayai perbankan,” ujarnya.
Selain itu, fungsi Dekraf adalah sebagai “pool of commitment” dari berbagai sumber dana dan lembaga keuangan untuk menyediakan dan meningkatkan portofolio pendanaan atau permodalan ke sektor ekonomi kreatif.
Berdasarkan data Bank Indonesia, kontribusi ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) baru sebesar 7,05% atau Rp 641,81 triliun.