Belajar dari Kasus Pertamina, Begini Strategi Atasi PR Crisis Menurut Ahli

Skandal korupsi yang menimpa PT Pertamina (Persero) menjadi pukulan besar bagi reputasi perusahaan dan kepercayaan publik. Sebagai perusahaan milik negara, kasus ini menimbulkan kekecewaan, bahkan mencoreng citra Pertamina di mata masyarakat.
Namun, di balik krisis ini, ada pelajaran berharga tentang bagaimana perusahaan bisa menghadapi Public Relations (PR) Crisis secara efektif. Dina Septiani, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (UNAIR) membagikan strategi yang bisa diterapkan dalam mengelola krisis reputasi seperti yang dialami Pertamina.
Menurut Septiani, strategi krisis yang diterapkan Pertamina selaras dengan prinsip manajemen krisis yang dikemukakan oleh pakar komunikasi Burnet. Ia menyebut ada empat prinsip utama yang biasanya diterapkan perusahaan besar dalam menghadapi situasi semacam ini.
BACA JUGA: 4 Kesalahan Perusahaan yang Sering Terjadi saat PHK Karyawan
“Prinsip pertama adalah hubungan dengan pemangku kepentingan, yang menekankan pentingnya menjaga komunikasi yang baik dengan pihak terkait,” kata Septiani, dikutip dari unair.ac.id, Jumat (14/3/2025).
Prinsip kedua ialah akuntabilitas, yang mana perusahaan harus bertanggung jawab atas krisis yang terjadi, sekalipun mereka bukan penyebab sepenuhnya. Sikap transparan dan tidak menghindar dari permasalahan adalah kunci untuk mengelola krisis dengan baik.
Prinsip ketiga adalah keterbukaan informasi, yang mengharuskan perusahaan untuk menjelaskan fakta-fakta kepada publik. Ini sangat penting dalam situasi krisis, sebab kurangnya transparansi dapat memperburuk keadaan dan semakin menurunkan kepercayaan masyarakat.
“Terakhir, komunikasi simetris, di mana perusahaan harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat dan tidak mengabaikan suara pemangku kepentingan,” ucap Septiani.
BACA JUGA: 4 Pesan Inspiratif dari Steve Jobs untuk Bantu Kembangkan Karier
Septiani menilai Pertamina telah mengambil langkah yang cukup tepat dalam menghadapi skandal ini. Menurutnya, dalam situasi semacam ini, tim PR harus bertindak sebagai jembatan antara perusahaan dan masyarakat.
“Tim humas mereka berperan aktif dalam memberikan klarifikasi kepada masyarakat dan membangun kembali kepercayaan publik dengan strategi komunikasi yang lebih terbuka,” tuturnya.
Meski menghadapi PR Crisis, Septiani meyakini Pertamina masih memiliki peluang untuk bangkit dan memulihkan reputasinya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membangun kembali kepercayaan publik melalui strategi komunikasi yang lebih efektif.
“Tim humas bisa menggelar kampanye untuk mengingatkan masyarakat akan nilai-nilai dasar Pertamina,” kata Septiani.
Ia juga menekankan pentingnya mengubah sudut pandang terhadap krisis. Mengubah persepsi publik harus menjadi prioritas utama dalam upaya memulihkan citra perusahaan.
Jika dikelola dengan baik, krisis tidak harus dilihat sebagai kegagalan, melainkan sebagai kesempatan untuk melakukan reformasi dan meningkatkan kredibilitas.
Editor: Ranto Rajagukguk