Belajar Konten Marketing dari Ezytravel

marketeers article
Di saat suatu industri mulai dikerumuni banyak pemain, tak sedikit perusahaan terjebak pada perang harga. Siapa yang memberikan harga termurah, dialah pemenangnya. Buruknya, langkah 'jalan pintas' itu membuat pemain melupakan salah satu kunci keberhasilan jangka panjangnya, yaitu diferensiasi lewat inovasi.
 
Setidaknya, Ezytravel.co.id, perusahaan online travel agent (OTA) besutan Dwidaya Tour, mulai berpikir untuk mengikat pelanggannya agar tidak cepat pindah ke lain hati. Apalagi, perpindahan antarpelanggan itu terjadi karena kompetitor memberikan harga yang lebih murah. Alhasil, konten marketing pun mesti menjadi amunisi. 
 
Ezytravel memahami bahwa untuk bisa 'terkonek' dengan pelanggannya, pihaknya perlu menyebarkan konten-konten yang relevan dengan kebutuhan dan keinginan dari target audiensnya itu. Sadar akan hal tersebut, Ezytravel meluncurkan Jalan Sana Jalan Sini, sebuah situs yang mengulas informasi seputar destinasi wisata menarik, tips wisata murah, serta panduan wisata. 
 
Selain lewat sebuah situs khusus, konten marketing juga disebarkan Ezytravel lewat aplikasi mobile yang rencananya bakal diluncurkan kuartal empat tahun ini. Aplikasi yang dapat berjalan di platform iOS, Android, dan Windows Mobile itu bukanlah bentuk salinan dari situs Ezytravel.co.id. Melainkan, aplikasi tersebut akan menjadi alat Ezytravel mempersonalisasi kebutuhan pelangganya. “Kami ingin membuat aplikasi yang agak berbeda. Jadi, bukan meng-copy dari situs. Di sana, akan tersedia program loyalitas sserta personalisasi,” kata Dodddy Lukito, CTO Ezytravel kepada Marketeers beberapa waktu lalu.
 
Menurut Doddy, konsep personalisasi sangat dibutuhkan perusahaannya, mengingat target konsumen Ezytravel cukup majemuk, mencakup kelas backpaker, family traveler, hingga luxury traveler. Dengan begitu, Ezytravel ingin tampil sebagai portal yang dekat dengan setiap pelanggannya. 
 
“Algoritma untuk mobile ini berbeda. Dari data transaksi, kami akan analisa. Di sana, akan diketahui pola perjalanan pelanggan itu. Misalnya, si A setiap sebulan sekali selalu mengunjungi keluarganya di daerah X. Jadi, kami akan sarankan hotel-hotel sesuai dengan pola trafik tersebut,” papar Doddy menjelaskan. “Jika pelanggan hanya dikasih promosi hotel-hotel semata, tapi itu tidak menjadi kebutuhannya, menurut saya itu percuma.”
 
Doddy mengaku, musuh utama bisnis OTA adalah Google. Setiap bentuk pencarian selalu dilakukan di Google. Sehingga, harga sebuah kata kunci atau keyword menjadi mahal. Agar sebuah situs OTA berada di halaman depan situs pencarian Google, tak jarang mereka harus rela mengeluarkan uang untuk beriklan di Google AdWords.
 
“Pencapaian kami tahun ini adalah berhasl shifting dari Search Engine Marketing (SEM) yang berbayar menuju Search Engine Optimazisation yang organik. Hasilnya, 85% trafik kami berasal dari SEO, sedangkan 15%-nya dari SEM. Portal-portal yang kami buat sendiri mampu menaikkan trafik kunjungan situs Ezytravel.co.id. Selain itu, awareness konsumen mengenai brand kami juga semakin nempel,” katanya panjang lebar.
 
Berkat konten marketing itu pula, Ezytravel perlahan-lahan melepas status “hybrid” pada dirinya. Sebab, ketika didirikan pada tahun 2011 lalu, Ezytravel memadukan layanan pemesanan melalui telepon dengan layanan pemesanan secara online yang keduanya dilayani sepanjang 24 jam. Doddy bilang, jika dulu, 40% pemesanan dilakukan via telepon, kini berkurang menjadi 25%. Sedangkan, 75% berasal dari pemesanan online. “Itu terjadi berkat konten marketing yang kami buat seperti newsletter, artikel, serta promo-promo,” tutupnya.

    Related