Belajar Marketing ‘Roasting’ dari Entertainment Company Bernama Karen’s Diner
Karen’s Diner merupakan salah satu restoran asal Australia yang baru dibuka di Jakarta. Hal menarik yang ditawarkan oleh restoran ini adalah jenis pelayanan kasar, marah-marah, dan buruk.
Fenomena ini jelas berbanding terbalik dengan teori pelayanan konsumen yang seharusnya memberi pelayanan terbaik dengan sopan, santun, dan senyuman. Namun, mengapa Karen’s Diner berhasil menarik perhatian banyak orang?
Ignatius Untung, Praktisi Marketing dan Behavioral Science dalam program Market Think pada kanal Youtube Marketeers TV menjelaskan bahwa Karen’s Diner adalah entertainment company yang dikemas menjadi restoran.
“Karen’s Diner itu bukan restoran yang jual layanan buruk, tetapi justru entertainment company yang setting-nya restoran. Orang datang ke Karen’s Diner ini mainly bukan karena makanannya, lebih karena cari hiburan,” ujar Untung.
Hal inilah yang menjadi daya tarik utama dari Karens Diner. Dari sebagian besar customer review, hampir tidak ada yang membicarakan produk makanan, selebihnya adalah experience dari restoran tersebut.
“Orang jadi fear of missing out, yuk ikutan yuk karena layanan kontroversial ini membuat orang pengen dateng ke sana, nyobain, dan dari sana jadi omongan. Ketika ada video, jadi viral dan ini menjadi konsep social currency,” jelas Untung.
BACA JUGA: Fenomena Debranding, Logo Simple Jauh Lebih Mudah Diingat Pelanggan
Berikut beberapa hal yang dapat dipelajari dari Karen’s Diner.
Tema dan kemasan produk
Untung menjelaskan bahwa tema dan kemasan itu penting bagi sebuah produk.
“Karen’s Diner membuktikan bahwa kemasan amat sangat penting. Sering kali kita beli sesuatu lebih dari sekadar produk,” ucap Untung.
Hal ini juga berlaku pada produk Starbucks yang menyajikan experience minum kopi di tempat bergengsi dan mahal. Selain itu, produk mobil seperti Alphard juga melakukan kemasan dan tema produk yang tepat dengan memberikan kenyamanan bagi setiap penumpang.
Fenomena ini berkaitan dengan penerapan service marketing pada produk di mana orang membeli produk bukan karena fisik produk saja, tetapi juga layanan yang didapatkan dari pembelian produk.
Karakter dan persona yang relatable
Karakter dan persona menjadi suatu hal utama yang membentuk Karen’s Diner.
“Salah satu yang buat Karen’s Diner itu tiba-tiba dikunjungi ramai-ramai karena adalah persona yang relatable,” ungkap Untung.
Persona yang dibangun ini adalah wanita bule yang grumpy, kasar, dan suka marah-marah yang biasa dilihat di film saja. Hal ini menjadi sesuatu yang baru disajikan dengan menjadi keunikan tersendiri bagi Karen’s Diner.
Karakter inilah yang melekat di Karen’s DinerDiner, sangat menjual, dan mudah diingat. Tidak hanya itu, Apple juga membangun karakter yang kuat dalam produk. Produk Apple menjadi dianggap sebagai produk yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang visioner, bergengsi, dan mahal.
Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah sustainability product apakah model bisnis seperti ini akan bertahan dalam jangka panjang jika setiap orang yang datang akan selalu dilayani seperti itu. Mungkin saja jika fenomena ini ramai karena hanya menjadi viral.
Oleh karena itu, Karen’s Diner perlu melakukan inovasi dan pengembangan produk atau kemasan yang membuat pelanggan mendapatkan hal baru untuk mencapai sustainability.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz
BACA JUGA: 7 Tips Membangun Brand Attraction dengan DNA Brand yang Kuat