Anak adalah anugerah terbesar yang kehadirannya bisa membawa kebahagiaan, harapan, dan tujuan yang mendalam bagi keluarga. Saking berharganya mereka, pemerintah pun menetapkan tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak Nasional.
Momen itu sekaligus menjadi pengingat bagi para orang tua akan tanggung jawab kolektif dalam menjamin hak-hak dan kesejahteraan anak. Bukan sekadar seremonial belaka, Hari Anak Nasional bisa dimaknai dengan memahami pola asuh terbaik untuk buah hati.
Sudah banyak penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan dapat membantu mendorong pengembangan kompetensi psikososial yang sehat. Hal ini pada gilirannya akan memengaruhi prestasi akademik dan kehidupan sosial anak pada masa mendatang.
BACA JUGA: 4 Cara Membantu Anak Mengatasi Duka usai Kehilangan Orang Tercinta
Psikolog Diana Setiyawati dalam laman ugm.ac.id memaparkan bahwa pada umumnya terdapat lima jenis pola pengasuhan. Berikut masing-masing penjelasannya:
Otoriter
Pola asuh otoriter umumnya mempunyai gaya yang kaku, ketat, cenderung mengekang, bahkan overprotektif. Ini sejatinya bisa membuat anak malah mudah terlibat konflik, mudah tersinggung, rentan terhadap stres, emosi tidak stabil, dan sulit mengambil keputusan.
Permisif
Gaya pengasuhan permisif memiliki aturan atau harapan yang tidak jelas, tidak konsisten dalam menerapkan disiplin atau memberikan umpan balik, membiarkan preferensi anak, serta jarang memaksa anak untuk sesuai dengan standar orang tua.
Pola asuh yang seolah membebaskan anak itu justru berpotensi membentuk mereka menjadi individu yang berperilaku impulsif-agresif, memberontak, mendominasi, dan kurang berprestasi di masa mendatang.
Penolakan
Gaya pengasuhan penolakan memiliki aturan dan harapan yang kaku, tidak perhatian terhadap kebutuhan anak, dan jarang memiliki harapan terhadap anak. Didikan ini dapat membuat anak bersikap tidak dewasa pada masa mendatang hingga memiliki masalah psikologis.
BACA JUGA: Pola Asuh yang Bisa Ibu Terapkan saat Anak Kehilangan Ayah di Usia Dini
Tidak Terlibat
Uninvolved style menerapkan gaya pengasuhan dengan aturan dan harapan yang tidak jelas, mengabaikan, hingga membiarkan anak selama tidak mengganggu orang tua. Didikan ini dapat membuat anak jadi menarik diri, soliter atau menyendiri, dan kurang berprestasi.
Authoritative
Gaya pengasuhan dengan authoritative style menekankan aturan dan harapan yang jelas, ada kedekatan dan kontrol, bersikap terbuka pada anak, dan memberikan umpan balik. Didikan ini bisa membuat anak menjadi mandiri, ceria, mampu mengelola stres, dan berprestasi.
Diana sendiri menyebut pola asuh yang paling ideal adalah authoritative style. Di samping itu, hal yang perlu diperhatikan terkait pengasuhan adalah adanya dukungan (kedekatan) dan kontrol (fleksibilitas).
Editor: Ranto Rajagukguk