Belajar Menerapkan Stoikisme di Hari Kesehatan Mental Sedunia

marketeers article
Belajar Menerapkan Stoikisme di Hari Kesehatan Mental Sedunia (Foto: 123rf)

Tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Sesuai namanya, peringatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat luas mengenai pentingnya kesehatan mental.

Bukan sekadar seremonial belaka, ada banyak hal yang bisa dipelajari dari berbagai kampanye Hari Kesehatan Mental Sedunia. Salah satunya dengan menjalani hidup sederhana agar lebih bijak dan bahagia, yang dalam ilmu filsafat, dikenal sebagai Stoikisme.

Pemikiran yang sudah ada sejak abad ke-3 SM ini mengajarkan manusia untuk menjalani hidup sederhana sekaligus membuat kehidupan lebih bahagia. Lantas, sebenarnya apa itu Stoikisme? 

Bagaimana pula cara untuk menerapkannya dalam kehidupan? Berikut ulasannya:

Berorientasi pada Kesejahteraan dan Kebahagiaan

Dosen Filsafat dari Universitas Airlangga (Unair) Listiyono Santoso memaparkan Stoikisme mengajarkan manusia untuk hidup realistis, membaca diri, antisipasi diri, sekaligus mengevaluasi diri.

“Hidup harus benar-benar realistis dan tidak mengkhayalkan sesuatu yang tidak-tidak. Kita juga harus mengantisipasi untuk hidup dalam kemungkinan situasi terburuk,” katanya, dikutip dari laman unair.ac.id, Selasa (10/10/2023).

Ia menilai stoikisme seperti mengajarkan manusia untuk menghargai waktu. Ada pemahaman bahwa realitas merupakan proses riil yang harus dihadapi dengan sungguh-sungguh agar hidup menjadi lebih baik dan etis dari sebelumnya.

BACA JUGA: Antara Hedonia dan Eudaimonia, Mana yang Lebih Membuat Bahagia?

Listiyono menyebut dalam bahasa Jawa, filosofi ini dikenal juga sebagai nrimo ing pandhum. Artinya adalah menjalani hidup dengan tidak berlebihan, menghadapi dunia apa adanya, serta berorientasi pada kesejahteraan dan kebahagiaan.

Filsafat Stoikisme memang dominan mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan seorang filsuf bernama Plato, yang menyebutnya sebagai Eudomania yang berarti ‘kebahagiaan adalah keutamaan hidup.’

“Prinsip utama Stoa kuno adalah keyakinan bahwa kita tidak bereaksi terhadap peristiwa. Hal yang penting adalah penilaian kita tentang mereka yang bergantung kepada diri sendiri,” ujar dosen yang telah menerbitkan beberapa buku filsafat tersebut.

Stoikisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari hal-hal yang bisa dikendalikan; kebahagiaan hanya datang dari dalam, tidak bisa menggantungkannya pada hal-hal di luar kendali manusia.

Cara Menerapkan Stoikisme

Listiyono mengatakan filsafat stoikisme memiliki panduan praktis yang dapat diterapkan dalam cara berpikir. Di antaranya, fokus pada hal yang bisa dilakukan, mengelola waktu dengan baik, fokus dengan jalan keluar dari berbagai hambatan, berbahagia tanpa ada sikap egois dan sombong, serta selalu realistis dan antisipatif. 

“Filsafat Stoikisme mengajak manusia untuk benar-benar memiliki keutamaan hidup dengan sikap praktis yang membahagiakan. Pencapaiannya melalui fokus diri, refleksi diri, dan antisipasi diri,” ujarnya.

Selain itu, melansir minimalism.co, ada beberapa ‘peta jalan’ untuk hidup mengikuti Stoikisme. Salah satunya, cobalah kelola harapan dan penilaian. 

Dalam artian, manusia dapat memiliki impian, harapan, dan keyakinan, tetapi jangan lupa untuk mengelolanya tetap realistis.

BACA JUGA: Ini Pentingnya Terapkan Perilaku Mindfulness untuk Kesehatan Mental

Manusia juga perlu menjaga keseimbangan batin. Berlatihlah menguasai mekanisme kontrol pikiran agar tetap seimbang. 

Jangan sampai, pikiran yang terpengaruh oleh lingkungan malah memengaruhi sikap diri. Terakhir, untuk mencapai hidup dengan prinsip Stoikisme, manusia perlu berdamai dengan emosinya sendiri. 

Sebab jika tidak, pikiran yang kacau oleh emosi dapat membuat manusia salah menafsirkan apa yang sebenarnya mereka rasakan. Demikianlah sekilas penjelasan mengenai Stoikisme, filsafat yang dapat membuat hidup Anda lebih bijaksana. 

Bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia, mari mulai jalani hidup sederhana agar lebih bahagia.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related