Pergerakan pasar aset kripto memasuki tengah pekan ini, masih terlihat stagnan, namun cenderung menurun. Sejak awal pekan, tidak banyak pergerakan yang mengejutkan, baik naik maupun turun.
Melansir situs CoinMarketCap pada Rabu (29/6/2022) pukul 12.00 WIB, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar atau big cap kompak turun sedikit ke zona merah dalam 24 jam terakhir. Nilai Bitcoin (BTC) merosot 2,13% ke US$ 20.284 per keping dalam sehari terakhir.
Sementara itu, nasib altcoin lain seperti Ethereum (ETH) tidak jauh berbeda turun 3,05% ke US$ 1.145 di waktu yang sama. Solana (SOL), Dogecoin (DOGE) dan Polkadot (DOT) juga mengalami penurunan lebih dari 4%.
Afid Sugiono, Trader Tokocrypto memprediksi pergerakan pasar aset kripto pada pekan ini masih terus bergerak sideways. Hal ini terjadi di bawah tekanan mengenai inflasi dan potensi perlambatan ekonomi global ke depan. Di samping itu, volume trading market juga bergerak tipis sejak akhir pekan lalu.
“Dari pergerakkan market kripto masih datar saja. Ini diperkirakan akan terus berlangsung lama. Salah satu penyebab market terus sideways di antaranya, investor khawatir mengenai inflasi dan potensi perlambatan ekonomi global ke depan,” kata Afid.
Selera risiko investor kripto tengah lesu mengikuti kondisi yang terjadi di pasar saham. Sekarang dalam menentukan aksi jual-beli di pasar aset kripto, investor terkadang sering melihat kinerja indeks Wall Street sebagai acuan. Oleh karena itu, tak heran jika kini pergerakan pasar aset kripto berkorelasi dengan pasar saham AS.
Selain itu, pelaku pasar juga mencerna data-data ekonomi terbaru dan komentar dari petinggi Federal Reserve (The Fed). Terakhir, pemegang kebijakan The Fed pada Selasa (28/6/2022) kemarin berjanji segera menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk menekan inflasi, sembari mencegah kekhawatiran biaya pinjaman yang lebih tinggi yang akan memicu penurunan tajam.
“Investor bisa mencerna rentetan komentar pejabat The Fed tersebut sebagai sinyal bahwa The Fed masih bakal menaikkan suku bunga acuannya dengan agresif dan mengabaikan dampak negatifnya ke pasar saham dan kripto,” ujar Afid.
Afid berkeyakinan dalam beberapa waktu ke depan belum ada momentum yang baik untuk pasar bergerak bullish. Apalagi, ekonom Wall Street meramalkan resesi ekonomi bisa terjadi dalam kurun waktu 12 bulan mendatang. Ramalan ini memberikan sinyal antisipasi bagi pelaku pasar, mengantisipasi efek samping kebijakan moneter agresif The Fed.
Pergerakkan Bitcoin pun rupanya diramalkan belum bergerak positif. Pasar aset kripto belum bisa menguat signifikan pekan ini, karena tidak ada momentum yang bisa mendorong BTC meninggalkan kisaran US$ 20.000 per keping.
“Bitcoin akan menuju test support berkali-kali, di mana harganya bisa jadi akan berada di level US$ 19.800 hingga US$ 17.000 dalam beberapa waktu ke depan. Dari analis teknikal, prospek bullish belum bisa terlihat. Untuk bergerak bullish, BTC harus melewati level resistance di titik US$ 23.000,” ucap Afid.
Jika dilihat dari sisi teknikal, BTC sendiri memiliki peluang untuk melanjutkan penguatannya sampai ke area US$ 22.000 dalam waktu dekat ini. Tanda kekuatan pertama adalah penembusan dan penutupan di atas rata-rata pergerakan eksponensial (EMA) 20 hari di level US$ 22.890. Kenaikan harga kripto yang terjadi nantinya hanya bersifat prematur, karena belum ada sentimen positif yang kuat.