Kerangka regulasi dan tata-kelola di Indonesia berperan penting dalam praktik suatu bisnis. Berdasarkan survei HSBC Navigator, sebanyak 71% responden Indonesia berasumsi bahwa pemerintah dari negara mitra dagang semakin protektif terhadap produk lokal mereka. Hal ini terlihat dari hasil yang menunjukan kenaikan 8 poin dari nilai rata-rata global.
Artinya, ada kekhawatiran perusahaan-perusahaan Indonesia terhadap dampak ketegangan perang dagang China-Amerika Serikat yang saat ini sedang berlangsung. Dari sisi regulasi, 45% bisnis merasa peraturan-peraturan yang ada dinilai memberatkan. Sedangkan 31% menganggap regulasi sebagai sesuatu yang memberikan nilai positif.
HSBC Navigator juga membahas inovasi dan optimalisasi data demi menunjang kemajuan bisnis. Sebanyak 88% bisnis di Indonesia mengatakan bahwa mereka menggunakan data untuk mengembangkan performa. Hal ini di atas nilai rata-rata global yang sebesar 75%. Meski begitu, menurut survei tersebut, lebih dari 25% bisnis belum mematuhi aturan perlindungan data.
Indonesia saat ini menjadi negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara yang berada di urutan ke-16 dunia, dan berambisi untuk berada di urutan ke-7 pada tahun 2030. Indonesia diharapkan memiliki 135 juta konsumen. Sebanyak 71% dari mereka akan tinggal di daerah perkotaan, yang nantinya menyumbang sekitar 86% terhadap PDB Indonesia.
Karenanya, untuk mencapai misi itu, perlu ada perbaikan kondisi ekonomi Indonesia. Beberapa faktor itu didorong oleh kenaikan harga komoditas, menguatnya pertumbuhan global, kenaikan perdagangan internasional, dan kondisi keuangan serta moneter yang akomodatif.
Bank Indonesia melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia telah mencapai 5,05% sepanjang tahun 2017. Lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2016 yang sebesar 5,02%. Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,3% pada tahun 2019.
Banking Director Bank HSBC Indonesia Catherine Hadiman berkomentar, hampir 9 dari 10 bisnis di Indonesia memiliki pandangan yang positif terhadap situasi perdagangan saat ini. Tentunya, itu akan berpengaruh pada kompetisi dalam mencapai kemajuan perkembangan ekonomi.
“Dengan ini, maka pelaku bisnis di Indonesia menjadi lebih resilient atau berdaya tahan kuat dalam menghadapi ketegangan yang terjadi di kancah internasional,” tutupnya.
Editor: Eko Adiwaluyo