Benarkah Pisang Cavendish Akan Punah dari Bumi?

marketeers article
Pisang cavendish selama ini disebut sebagai pisang internasional. Sebab, di hampir seluruh negera bersuhu tropis, pisang ini dengan mudah bisa tumbuh subur. Kendati demikian, cavendish tengah dilanda isu serius. Bahkan, mengancam eksistensinya di dunia.
 
Pisang cavendish merupakan pisang yang dibudidayakan secara industri yang membutuhkan lahan berhektare-hektare dengan sistem perkebunan monokultur. Beberapa tahun terakhir, pisang jenis ini diisukan terancam punah, akibat dihantam oleh hama Panama yang menyerang hampir seluruh perkebunan pisang dunia.
 
Hama ini telah menjalar di daratan Amerika, Amerika Tengah, Asia, dan Australia. Di daratan Asia, hama ini menyebar ke Tiongkok, Taiwan, Malaysia, dan Filipina. 
 
Tentu keadaan ini menciptakan kekhawatiran akan pasokan pisang cavendish secara global. Khususnya di kawasan Amerika Tengah dan Amerika Latin yang memasok sekitar 80% dari total pasar ekspor pisang dunia. Seperti Ekuador, negara pengekspor pisang terbesar dunia dengan menguasai spertiga dari pasar ekspor global. 
 
Di sisi lain, konsumsi pisang mengalami peningkatan. Berdasarkan laporan UN's Food and Agriculture Organisation, pada tahun 2010, produksi pisang dunia tembus 102 juta ton. Meningkat 50% dari tahun 2000 yang sebanyak 65 juta ton. 
 
Adapun total lahan perkebunan yang ditanami pisang di seluruh dunia sebesar 100 juta m2, dengan nilai pasar sekitar US$ 1.500 per ton. Jika dihitung-hitung, total nilai pasar pisang cavendish mencapai miliaran dollar AS.
 
Peneliti dan ahli pisang asal AS Dan Koeppel mengatakan, pemain industri pisang selama ini mengalami dilema. Di satu sisi, pisang cavendish dianggap sebagai satu-satunya pisang yang mudah untuk dijadikan komoditi ekspor. “Pasalnya, pisang ini termasuk tahan lama saat didistribusi, dan dapat dimatangkan dengan tepat,” katanya kepada abc.net.au.
 
Di sisi lain, justru keunggulan itu yang membuat pemain industri “ogah” untuk melakukan inovasi lain dengan mencari varietas pisang di luar cavendish. Nah, ketika varietas ini diserang hama Panama, pasokan pisang mulai menipis.
 
“Mereka terjebak dengan pisang itu, tapi saya pikir mereka terjebak karena pola pikir. Ini seperti terjadi pada McDonalds dulu, yang terjebak dengan hamburger. Sebab, begitulah cara mereka berpikir,” tegasnya.
 
Cavendish di Indonesia
Pertanyaannya, apakah pisang cavendish bakal punah juga di Indonesia?
 
Luthfiany Azwawie, Marketing & Communication Manager PT Sewu Segar Nusantara (SSN), pemasok dan distributor merek buah Sunpride, menuturkan, perkebunan SSN di Lampung masih terhindar dari hama Panama. Sebab, pihaknya menerapkan sistem perkebunan multikultur, bukan monokultur.
 
Ia menjelaskan, di negara Amerika Latin, seperti Guatemala, cavendish ditanam di perkebunan dengan satu jenis tanaman yang sama. Hal itu sangat rentan terhadap virus dan hama. 
 
“Selain memiliki pisang, kami juga punya nanas. Jadi, setiap panen satu kali pisang, setelah itu, di tanah yang sama, ditanam nanas untuk dua kali panen. Selanjutnya, baru ditanam pisang kembali. Sehingga, cara ini memutus mata rantai virus tersebut,” terang Luthfi kepada Marketeers saat ditemui di warehouse Sunpride di Banten, Kamis, (24/5/2016).
 
Luthfi mengatakan, hama di perkebunan sangat mudah menular, termasuk kebun pisang. Hama pun bisa berpindah dari jejak ayam yang berlalu-lalang di area kebun. “Jika sudah terkena hama, tanah itu harus ditinggalkan minimal selama dua tahun,” paparnya.
 
Luthfi menceritakan, perusahaannya juga pernah diserang hama bernama Fusarium pada tahun 2000an. Saat itu, SSN masih bekerja sama dengan Delmonte Fresh, perusahaan holtikultura terbesar asal Filipina.
 
Kejadian itu membuat pohon pisang yang ditanam SSN di lahan seluas 2.000 hektare di Lampung, hanya tersisa 300-400 hektare saja. “Delmonte give up. Akhirnya, dari kegagalan itu, kami membangun perkebunan pisang kami sendiri hingga tumbuh sampai saat ini,” tuturnya.
 
Luthfi menjelaskan, tahun ini SSN menargetkan produksi buah segarnya tumbuh hingga 65 juta kg per tahun. Naik dari tahun lalu yang sebesar 52 juta kg. SSN pun tidak sekadar membudidayakan pisang cavendish, ia juga mulai memasok varietas pisang lokal, yaitu pisang mas dan pisang raja bulu, hasil kemitraannya dengan petani lokal. 
 
“Kami selalu edukasi petani lokal kami untuk menamam pisang dengan model seperti kami. Jangan monokultur agar tidak terserang hama,” tutupnya.
 
 
Editor: Eko Adiwaluyo

    Related

    award
    SPSAwArDS