Benarkan Perusahaan Besar Lamban dalam Transformasi Digital?

marketeers article
Suasana dalam Tech in Asia Conference. (FOTO: Marketeers/Bernad)

Transformasi digital seringkali menjadi tantangan besar bagi banyak perusahaan, terutama perusahaan yang sudah mapan dan berdiri cukup lama. Urusan data yang begitu banyak selama beroperasi, belum lagi migrasi data ke digital acap kali jadi cobaan.

Apa lagi jika transformasi itu menyangkut teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Namun, benarkah perusahaan besar cenderung tertinggal dalam penerapan teknologi?

Dalam sebuah diskusi yang melibatkan tiga eksekutif perusahaan, mereka justru menekankan bahwa teknologi AI telah menjadi bagian integral dari strategi bisnis mereka.

Andrew Arristianto, Chief Strategy Officer PT Blue Bird Tbk mengungkapkan bahwa AI sudah diimplementasikan dalam operasional perusahaan, khususnya dalam hal prediksi permintaan dan penentuan penempatan kendaraan.

BACA JUGA: Tak Sekadar Bisnis, Perusahaan Alat Berat Ini Peduli pada Pendidikan

“AI membantu kita memprediksi di mana dan kapan permintaan meningkat, sehingga kami dapat mengoptimalkan penempatan kendaraan secara lebih efisien,” ujar Andrew dalam diskusi Tech in Asia Conference yang digelar di Jakarta, Kamis (24/10/2024).

Menurutnya, teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi biaya, tetapi juga pengalaman pelanggan, seperti memastikan waktu kedatangan yang lebih tepat.

Muhamad Fajrin Rasyid, Director of Digital Business Telkom Indonesia menegaskan bahwa transformasi digital di Telkom bukanlah hal yang baru.

Perusahaan telekomunikasi ini sudah lama mengintegrasikan AI untuk mengoptimalkan belanja modal atau capital expenditure (CapEx) dalam pembangunan infrastruktur digital seperti menara dan kabel serat optik.

“Kami menggunakan AI agar investasi kami lebih tepat sasaran, sehingga tidak ada pemborosan dalam membangun infrastruktur di wilayah yang tidak memerlukan layanan,” kata Fajrin.

Selain itu, Telkom juga menyediakan layanan berbasis AI untuk pelanggan eksternal, termasuk pusat data berbasis AI dan GPU (Graphic Processing Unit)-as-a-service, yang memudahkan perusahaan lain untuk mengakses teknologi tanpa investasi besar.

BACA JUGA: Nike Bersiap Hadirkan Sepatu yang Dikontrol dengan Siri

Sementara itu, Rian Kaslan, SEVP Retail Digital Solutions BNI, menekankan pentingnya AI dalam meningkatkan keamanan transaksi dan personalisasi layanan nasabah.

Rian menyebutkan bahwa AI memungkinkan BNI untuk mendeteksi penipuan lebih cepat dan mencegah serangan sebelum terjadi.

Selain itu, AI juga digunakan untuk menawarkan layanan yang lebih relevan bagi setiap nasabah, memastikan bahwa produk dan penawaran yang diberikan sesuai dengan kebutuhan mereka.

“Personalization dan hyper-personalization adalah kata kunci, tapi hanya dengan AI kami bisa benar-benar memberikan layanan yang sangat sesuai dengan kebutuhan individu,” jelasnya.

Dalam diskusi ini, ketiga eksekutif menunjukkan bahwa transformasi digital di perusahaan besar sebenarnya sedang berlangsung dengan sangat serius.

Meskipun sering dianggap lebih lambat dalam beradaptasi dibandingkan dengan perusahaan rintisan, perusahaan-perusahaan ini justru memanfaatkan teknologi canggih untuk meningkatkan efisiensi dan layanan.

Bahkan, mereka melihat AI sebagai langkah strategis yang harus dilakukan untuk tetap relevan dan kompetitif di era digital.

Kesimpulannya, anggapan bahwa perusahaan besar tertinggal dalam transformasi digital tidak sepenuhnya benar. Tantangan mungkin ada, terutama dalam skala implementasi, tetapi dengan visi yang jelas dan penggunaan teknologi AI secara cermat, mereka tetap mampu mempercepat transformasi digital mereka.

Editor: Eric Iskandarsjah

Related

award
SPSAwArDS