Presiden Indonesia Joko Widodo, hari ini meresmikan bendungan Tanju, di kabupaten Dompu, provinsi Nusa Tenggara Barat. Presiden menegaskan bendungan Tanju akan meningkatkan pasokan air dan memperluas sistem irigasi sawah untuk memperkuat ketahanan air dan pangan, khususnya di musim kemarau. Termaktub dalam program Nawa Cita, Tanju merupakan bendungan kedua yang diresmikan Jokowi di tahun 2018, setelah Raknamo di Kupang pada bulan Januari silam.
“Kunci pembangunan di NTB ini ada satu, yakni ketersediaan air. Kalau tidak ada air, yang mau ditanam apa? Jadi gambaran, di negara kita sekarang ada 231 bendungan, sementara AS memiliki 6,100 bendungan, China 110,000, dan Jepang 3,000 bendungan. Artinya kita masih kekurangan banyak sekali waduk atau bendungan dan di NTB akan segera diselesaikan lima waduk, yang terbanyak dibandingkan dengan provinsi lain,” ujar Jokowi saat menyampaikan pidatonya di bendungan Tanju hari ini.
Peresmian bendungan Tanju menandakan Pemerintah Indonesia masih on track dalam target pembangunan sembilan bendungan di tahun 2018, guna meningkatkan pasokan air nasional hingga 288 juta meter kubik (m3). Dua di antara sembilan bendungan ini terletak di provinsi NTB, yakni Tanju dan Mila – yang saat ini pembangunannya mencapai 80% dan akan diresmikan di akhir tahun ini.
“Sesuai target Nawa Cita, Presiden Jokowi akan membangun 49 bendungan baru dan meneruskan 16 bendungan lanjutan hingga tahun 2019. Bendungan Tanju dan Mila sendiri menjadi bagian dari 49 bendungan baru yang mulai dibangun pada masa Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo di tahun 2015. Hingga saat ini, dari target 65 bendungan, sudah selesai 9 bendungan dan yang sedang berjalan 34 bendungan. Di tahun 2018 ini, akan ditenderkan 14 bendungan baru dan tahun depan 8 bendungan. Sehingga, kami optimis di tahun 2019 mendatang akan terpenuhi 65 bendungan baru,” ujar Hari Suprayogi, Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR.
Tanju dan Mila terletak dalam komples Rababaka, yakni sungai besar yang menjadi tulang punggung produktivitas agrikultur Kabupaten Dompu, melalui sistem irigasinya. Kendati demikian, dengan kapasitas air begitu besar, Rababeka hanya mampu mengairi 1,689 hektar sawah. Konsekuensinya, 40 juta m3 air terbuang ke laut setiap tahunnya.
Untuk itu, bendungan Tanju akan menampung sedikitnya 18,4 juta m3 air untuk mengairi 2.350 hektar sawah. Sementara Mila menjangkau 1.689 hektar dengan kapasitas tampung 6,5 juta m3 air. Dengan total daya tampung 24,8 juta m3, bendungan kembar Tanju dan Mila akan membuka 4.000 hektar lahan irigasi baru – dengan potensi peningkatan hasil panen hingga tiga kali lipat per tahun.
“Bendungan ini akan meningkatkan produktivitas agrikultur hingga dua – tiga kali lipat, khususnya untuk komoditas utama NTB yakni jagung dan beras. Tanju dan Mila akan secara signifikan menegaskan posisi NTB sebagai lumbung pangan nasional,” jelas Hari Suprayogi.
Optimalkan Pertumbuhan Produksi Jagung dan Beras
Guna mensukseskan target Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045, Presiden Jokowi memprioritaskan pembangunan bendungan dan peningkatan pasokan air, khususnya di Nusa Tenggara Barat. Sebagai lumbung pangan nasional, NTB adalah provinsi dengan jumlah bendungan tertinggi – yakni 9 buah bendungan dan 61 buah embung skala bendungan dengan kapasitas tampungan total sebesar 249,830 juta m3.
Sembilan bendungan tersebut yakni Bendungan Batujai, Mamak, Pengga, Tiu Kukit, Sumi, Gapit, Batu Bulan, Pelaperado dan Pandanduri. Tiga bendungan dalam konstruksi, yakni Bendungan Tanju (sudah selesai), Bintang Bano dan Mila. Dua bendungan akan dilelang dan dikontrakkan mulai 2018, yakni Bendungan Beringin Sila dan Meninting.
Sebagai salah satu komoditas utama provinsi Nusa Tenggara Barat, pada Maret 2018, NTB sukses melebihi target ekspor jagung sebesar 11.500 ton. Dan di akhir 2018, Pemerintah Provinsi NTB optimis dapat mencapai target 30.000 ton ekspor jagung khususnya ke Filipina.
Dengan penyelesaian tiga bendungan baru tahun ini, Pemerintah juga optimis meningkatkan produksi beras di Pulau Sumbawa. Saat ini, total produksi beras hanya berkisar 3-4 ton per hektar. Pemerintah lokal menargetkan 5-6 ton per hektar untuk metode konvensional dan 8-10 ton per hektar panen dengan metode system of rise intensification (SRI).
Selain irigasi, Tanju dan Mila dapat berfungsi sebagai lahan konservasi perikanan, sumber air minum, dan pembangkit listrik tenaga air mikro hingga 400 kw. Bendungan kembar ini juga akan dikembangkan sebagai tujuan pariwisata Kawasan Dompu, NTB, yang saat ini juga tengah mengembangkan sektor ekonomi kreatif-nya.