Eksis sejak tahun 1930 di pasar Italia, Ariston Thermo (Ariston) kini mengklaim diri sebagai pemimpin industri di bidang pemanas dan pemanas air. Secara global, Ariston telah menjual 7,4 juta produk di lebih dari 150 negara dan memperoleh pendapatan sebesar € 1,34 miliar. Ariston pun masuk Indonesia pada Maret 2015. Sejak itu, lini produk mereka lengkapi di pasar dua musim ini. Dan kini, Ariston memperkenalkan dua keluarga baru pemanas airnya, Ariston Aures dan Andris Lux.
“Indonesia merupakan pasar yang besar dengan potensi yang besar. Sejauh ini, penetrasi produk pemanas air pun masih sangat kecil di negara ini,” jelas Stefano Cartoni, Director of PT Ariston Thermo Indonesia pada acara peluncuran di Ciputra Artpreneur Jakarta, Kamis (27/7/2017).
Menurut pantauan mereka, ada dua alasan yang menyebabkan penetrasi produk pemanas air ini masih rendah di Indonesia. Pertama, alasan kondisi cuaca Indonesia sebagai negara tropis. Meski begitu, Stefano tetap optimistis lantaran melihat pasar Thailand dan Malaysia yang memiliki musim yang sama dengan Indonesia, pasar pemanas air sudah besar.
Kedua, isu mengenai konsumsi daya listrik menjadi pertimbangan masyarakat Indonesia masih enggan menggunakan produk-produk pemanas air. Untuk urusan ini, kedua produk yang baru diluncurkan oleh Ariston ini pun menawarkan daya listrik mulai dari 350 watt hingga 800 watt.
Dari sini, Stefano pun membangun daya saing melalui kualitas, sistem keamanan, dan desain khas Italia. Desain ini dinilai sebagai elemen strategis untuk bisnis mereka. Bahkan untuk urusan desain, Ariston menggandeng desainer abad 21 asal Italia Umberto Palermo.
“Membuat produk berkualitas dan tahan lama itu mudah. Tantangan utama kami justru dalam merancang desain. Kami pun menentukan elemen penting untuk diangkat sebagai ciri khas yang mudah dikenali masyarakat. Untuk itu, kami mencetuskan istilah ‘Lekukan Latin’ (Curva Latina) sebagai elemen khas yang dapat dijumpai di setiap produk Ariston,” lanjut Stefano.
Selanjutnya, rangkaian aktivitas pemasaran pun mereka kerahkan, seperti publikasi, aktivitas melalui media sosial, pameran, dan yang lainnya. Integrasi antara aktivitas online dan offline menjadi langkah strategis mereka untuk membidik konsumen dengan rentang segmentasi yang cukup luas.
Editor: Sigit Kurniawan