Berikan Jasa Potong Rambut, Bisnis Salon Tetap Tumbuh Panjang

marketeers article
Nampaknya, bisnis yang berhubungan dengan mempercantik diri selalu laris-manis diburu konsumen. Selain bisnis kosmetik, bisnis tata rambut atau salon pun juga kian menjamur. Bahkan, nilai pasar salon di Indonesia diprediksi mencapai Rp 1,21 triliun.
 
Angka itu muncul dari data yang diolah oleh L'Oreal Indonesia, perusahaan kosmetik yang juga memasok produk-produk salon. Menurut General Manager Professional Product Division L'Oreal Indonesia Michel Toth, Indonesia memiliki sekitar 115.000 salon yang terbagi ke dalam tingkatan kelas, yaitu kategori kelas A, B, C, dan D.
 
“Salon kategori A atau salon premium menawarkan perawatan rambut, tekstur serta pewarnaan rambut. Salon kategori B yang terletak di pusat perbelanjaan menghadirkan layanan creambath, pelurusan, dan pewarnaan rambut,” kata Toth.
 
Ia melanjutkan salon kategori C yang terletak di ruko-ruko menawarkan jasa yang sama dengan salon B. Sedangkan salon D adalah salon yang paling sederhana dan berlokasi di perumahan warga. Dari berbagai layanan salon itu, Toth bilang, servis potong rambut adalah yang paing banyak dipilih konsumen alias mencapai 89%, sedangkan perawatan rambut berkisar 41%. “Artinya, layanan lain seperti pewarnaan, pelurusan dan pengeritingan rambut masih sedikit, namun potensinya besar untuk tumbuh,” kata Toth. 
 
Toth juga memilah konsumen salon berdasarkan kemampuan ekonominya atau Socioeconomic status (SES). Ada tiga kategori pelanggan salon, yaitu SES A dengan penetrasi 51%, SES B 40%, dan SES C 30%.
 
Di sisi lain, salah satu pemain terbesar di industri salon, Johnny Andrean mengakui bahwa kelas menengah menjadi pangsa pasar terbesar bagi pelaku bisnis salon. Dari 132 salon Johnny Andrean di Indonesia, 60%-nya merupakan salon yang membidik kelas menengah.
 
“Bisnis salon cukup tumbuh dilihat dari banyaknya pemain baru yang mulai bermunculan. Selain itu, konsumen ke salon tidak hanya untuk potong rambut, tapi juga mulai melakukan berbagai perawatan, seperti creambath, smoothing, perawatan untuk rambut rontok, dan sebagainya. Artinya, kesadaran konsumen untuk menjaga kesehatan rambut semakin tinggi,” tutur Amadea Pradella, Brand Manager Johnny Andrean. 
 
Dea juga bilang, bisnis salon Johnny Andrean tumbuh 20%-30% per tahun. Setiap tahunnya, pihaknya membuka 20-30 gerai di berbagai kota utama dan kota lapis dua di Indonesia. Hingga semester kedua tahun ini, Johnny Andrean telah membuka sepuluh outlet baru, di antaranya di Mal Alam Sutera, Lippo Mal Puri, Palembang Trade Center, dan di Jalan M.T Haryono Palembang. 
 
“Kalau ada outlet kami tutup, itu disebabkan karena lokasi mal yang sudah sepi. Biasanya, jika tutup satu, kami langsung buka satu di lokasi yang tak jauh dari sebelumnya sebagai outlet pengganti. Sepanjang tahun ini, belum ada satu pun outlet yang kami tutup,” terang Dea,
 
Tahun ini, Johnny Andrean telah membuka lini salon premiumnya yang terletak di Plaza Senayan, Grand Indonesia, dan segera di Kota Kasablanka pada akhir tahun. Dea bilang, lini salon premiumnya menyasar kelas atas. Seluruh pelayanannya pun menggunakan produk premium asal Jepang, Shiseido. “Di outlet premium kami, 50% pelanggan lebih menggunakan jasa perawatan rambut dan pewarnaan, 50%-nya lagi adalah jasa potong rambut dan creambath,” papar Dea.
 
Tentu dengan pasar yang semakin besar, problem utama pebisnis salon adalah bagaimana mencari hairstylist (penata rambut) yang berkualitas dan profesional. Untuk itu, Johnny Andrean mendirikan Johnny Salon School & Training yang kini berjumlah 30 outlet. Selain dibekali dengan kemampuan teknik dan servis salon, para hairstylist tamatan sekolah itu akan ditempatkan di salon-salon Johnny yang tersebar di seluruh Indonesia.

    Related

    award
    SPSAwArDS