Tahun 2017 menjadi tantangan bagi pemasar dalam hal efektivitas beriklan. Penetrasi internet dan smartphone yang kian meningkat, menjadi alasan pemasar untuk beralih menggunakan media digital dalam beriklan.
Berdasarkan laporan eMarketer, tahun 2017 menjadi tahun pengeluaran iklan digital tertinggi, bahkan telah menggunguli pangsa pasar iklan televisi. Gejala tersebut setidaknya tengah terjadi di Amerika Serikat dimana belanja iklan televisi tahun depan sebesar US$ 77,01 miliar, atau menguasai 35,08% dari total belanja iklan.
Di sisi lain, belanja iklan digital di AS sebesar US$ 77,37 miliar atau menguasai 38,4%. Tahun ini, belanja iklan digital di Paman Sam meningkat 15,8%. Sedangkan iklan televisi dalam beberapa tahun terkahir hanya tumbuh 2%-3%.
“Pemasar mesti memahami betul perubahan ini. Kita telah pindah begitu cepat dari radio, ke televisi, lalu ke internet. Sebab, rata-rata 50% dari belanja promosi brand mengalir ke media,” ucap Celeny Da Silva, Founder & CEO MarketMaker, di acara MarkPlus Conference 2017 di Pacific Place Jakarta,
Lebih lanjut, Celeny mengatakan bahwa, dari total belanja iklan di media digital, 70%-nya mengalir ke Google dan Facebook. “Angka belanja iklan digital terus meningkat. Terakhir, dari Q1 hingga Q3 2016, 90% belanja iklan digital lari ke Facebook dan Google,” ujarnya.
Sementara itu, Caspar Schlickum, CEO Wunderman APAC menegaskan, meski digital mulai menginvasi, tetap saja, pemasar masih memerlukan media-media tradisional dan offline karena media tersebut masih memberikan peranan yang penting.
Menurutnya, pemasar dihadapkan pada tantangan bagaimana menyusun perencanaan belanja iklan media yang seimbang. “Kuncinya terletak pada konten. Tahun depan, pemasar mesti betul-betul membuat konten yang relevan dan efektif menjangkau target konsumen yang dipilih,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan, konten yang dibuat harus benar-benar spesifik kepada target audiens yang ingin dituju. Sebaiknya pula, konten tersebut mampu berbuah menjadi generated content. Sehingga membantu pemasar untuk menyebarluaskan pesan merek kepada orang lain, lewat tangan orang lain.
“Yang juga mesti diperhatikan tahun depan adalah pemasar harus lebih banyak memanfaatkan analisis Big Data untuk membantu menciptakan strategi yang tepat guna,” ucap Caspar.
A.J Wilson Bilal, Associate Professor of Business & Management Richmond The American International University, London menyebut, pemasar harus mencoba banyak platform baru dalam berkomunikasi dengan pelanggannya.
“E-mail saya rasa sudah tidak lagi efektif menjangkau konsumen. Sebab, konsumen sekarang lebih banyak melihat WhatsApp ketimbang email,” ujarnya.
Editor: Sigit Kurniawan