Bertahan di Pernikahan Penuh Kekerasan demi Anak Justru Picu 5 Hal Ini

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Jagat maya tengah dihebohkan dengan kasus kekerasan dalam rumah tangga alias KDRT yang dialami oleh seorang influencer. Sebuah rekaman CCTV bahkan memperlihatkan bagaimana si suami tak segan memukulnya di depan anak mereka.

Melalui Instagram pribadinya, mantan atlet anggar itu membeberkan bahwa suaminya memang ringan tangan sejak awal pernikahan mereka. Akan tetapi, sang influencer sempat memilih untuk tetap mempertahankan rumah tangganya karena anak.

“Selama ini saya bertahan karena anak. Ini bukan pertama kalinya saya mengalami KDRT, ada puluhan video lain yang saya simpan sebagai bukti,” demikian bunyi penggalan keterangan sang influencer di Instagram.

BACA JUGA: 5 Tips Memilih Daycare yang Aman untuk Anak

Terlepas dari masalah yang dialami oleh influencer tersebut, keberadaan anak memang kerap dijadikan alasan seseorang tetap bertahan dalam pernikahan yang penuh kekerasan. Padahal, para ahli kesehatan mental dan medis menunjukkan bahwa pilihan ini bisa berdampak negatif.

Menurut American Academy of Pediatrics, anak yang tumbuh dalam situasi penuh kekerasan sering kali mengalami masalah perkembangan dan kesehatan mental yang signifikan. Berikut sejumlah dampak negatifnya bagi mereka:

Trauma Emosional

Anak-anak yang terpapar kekerasan domestik berisiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Mereka umumnya akan mengalami gejala seperti mimpi buruk dan perasaan takut yang intens. 

Masalah Kesehatan Mental

Risiko kecemasan, depresi, dan gangguan perilaku meningkat pada anak-anak yang terpapar KDRT. Sebuah studi bahkan menyebut mereka cenderung mengalami tingkat kecemasan yang lebih tinggi dan kemungkinan besar menderita depresi pada masa remaja dan dewasa.

BACA JUGA: Sering Merasa Insecure, Apakah Pertanda Inferiority Complex?

Gangguan Perkembangan

KDRT juga dapat menghambat perkembangan emosional dan sosial anak. Ini bisa mencakup keterlambatan dalam perkembangan bahasa, keterampilan sosial, hingga kemampuan untuk membangun hubungan yang sehat.

Kesulitan Menjalin Hubungan

Anak-anak yang menyaksikan kekerasan seringkali menghadapi kesulitan dalam membangun hubungan sehat dengan orang lain di masa depan. Ini karena mereka cenderung membangun masalah kepercayaan dan kesulitan dalam mengelola konflik.

Meniru Perilaku Kekerasan

Anak-anak yang tumbuh di lingkungan penuh kekerasan sering kali belajar bahwa kekerasan adalah cara yang normal untuk menyelesaikan konflik. Karena itulah, tak menutup kemungkinan mereka berisiko lebih tinggi untuk menjadi pelaku atau korban kekerasan di masa depan. 

Itulah beberapa dampak negatif bagi anak jika orang tua bersikeras mempertahankan rumah tangga yang penuh kekerasan. Berpisah memang bukan hal yang mudah. 

Untuk itu, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan profesional guna mendapat saran terbaik.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS