Berumur 120 Tahun, Industri Bioskop Tahan Krisis Ekonomi

marketeers article
Ilustrasi bioskop, sumber gambar: 123rf

Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) mengklaim industri bioskop tahan dari segala macam bentuk krisis ekonomi skala nasional maupun internasional. Bahkan, industri tersebut telah mampu mempertahankan usahanya selama 120 tahun.

Djonny Syafruddin, Ketua Umum GPBSI mengungkapkan, saat ini industri tersebut tengah menata kembali bisnisnya yang sebelumnya terdampak pandemi COVID-19. Dengan pelonggaran kebijakan pembatasan sosial yang terus dilakukan dan terkendalinya penyebaran wabah, dia optimistis industri hiburan tersebut kembali menunjukkan top performanya.

“Bioskop kan tidak dapat disamakan dengan media lain atau film lain, ujiannya juga sudah 120 tahun lebih dan itu tidak ada masalah. Sampai sekarang bioskop masih ada dan akan tetap ada,” kata Djonny kepada Marketeers, dikutip Kamis (16/6/2022).

Selain penyebaran wabah, ujian kali ini ditambah dengan munculnya layanan video on demand (VOD) yang tengah naik daun. Namun, Djonny tetap optimistis hal tersebut tidak menjadi ancaman eksistensi industri perfilman. Pasalnya, kedua bisnis tersebut memiliki pangsa pasar yang berbeda.

“Kami itu kan media yang spesifik banget, teknologinya juga tinggi, peralatan digitalnya terus berkembang. Kemudian, gambarnya juga sudah bagus dan sebagainya. Jadi banyak yang didapatkan kalau masuk bioskop itu daripada mengikuti media-media lain tidak ada pengaruhnya,” ujarnya.

Dia menambahkan, perbedaan pangsa pasar antara VOD dan bioskop terletak pada jenis filmnya. Bioskop secara khusus mendapatkan prioritas untuk menayangkan film-film saat pertama kali dikeluarkan oleh rumah produksi. Selanjutnya, VOD biasanya hanya menayangkan ulang dan tidak mendapatkan kesempatan premier atau first run.

Tak hanya itu, Djonny menyebut kualitas film yang disediakan oleh bioskop berbeda dengan VOD. Sebab, bioskop selalu menggunakan teknologi-teknologi terkini sehingga menarik orang untuk berkunjung. Dia juga mengklaim strategi bisnis tersebut membuahkan hasil yang manis dengan adanya peningkatan jumlah penonton yang sangat konsisten setiap tahunnya.

“Pasar kami tiap tahun tambah terus, tambah banyak orangnya. Hari ini saja sudah 10 juta dan pasti tahun depan bisa tambah lagi orangnya. Itu terakumulasi secara wajar karena sekarang banyak pilihannya. Beda dengan zaman dulu di tahun 1950 hingga 1960-an jumlah orangnya saja masih sedikit jadi seimbang antara supply dan demand,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS