Di tengah pandemi, Bukalapak mencatat pertumbuhan Total Processing Value (TPV) sebesar hampir 400% dari kuartal pertama 2018 hingga kuartal kedua 2020. Sedangkan, EBITDA perusahaan mencapai 60% pada kuartal kedua tahun ini jika dibandingkan akhir tahun 2018.
Menurut CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin, capaian positif tersebut didominasi oleh transaksi yang berasal dari kota-kota di luar tier satu dan pertumbuhan market share yang tetap stabil walau di masa pandemi.
“Dari sisi pengembangan usaha kecil menengah (UKM), terjadi kenaikan pada jumlah pelaku UKM yang bergabung menjadi Pelapak dan Mitra Bukalapak, yakni mencapai lebih dari 3 juta di bulan pertama tahun ini,” tambah Rachmat.
Dalam setahun terakhir, jumlah warung dan individual yang menjadi Mitra Bukalapak bertumbuh hingga tiga kali lipat. Berbagai strategi pun dijalankan perusahaan untuk mendukung pertumbuhan tersebut. Salah satunya bermitra dengan distributor nasional dan lokal untuk memperluas cakupan distribusi stok grosir ke lebih dari 50 kota di Indonesia.
Bukalapak juga menyediakan berbagai produk untuk memberdayakan Mitra Bukalapak seperti Kirim Uang, Tabungan Emas, dan pengisian e-money yang diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan mitra.
“Kami juga baru saja meluncurkan fasilitas pembayaran berbasis kredit yang dinamakan Bayar Tempo. Dengan fitur ini, mitra dapat berbelanja produk grosil maupun virtual di aplikasi Mitra Bukalapak dan membayar pembelian secara kredit,” jelas Rachmat.
Menanggapi tingginya kebutuhan pokok selama pandemi, Bukalapak memperluas jangkauan Bukamart ke 90 kota di seluruh Indonesia dan menggandeng toko-toko offline dalam mempermudah akses pengguna dalam membeli barang kebutuhan sehari-hari.
Selama masa pandemi pula, Bukalapak mencatat pertumbuhan produk virtual yang mencapai lebih dari 60% dibanding sebelum pandemi. pertumbuhan ini didominasi oleh produk-produk seperti pulsa dan paket data, pembayaran tagihan, streaming voucher, dan lainnya.
Sementara itu, bisnis Bukalapak lainnya, yaitu BukaPengadaan juga mengalami pertumbuhan dalam jumlah buyer sebesar lebih dari 48% dan 32% jumlah seller sejak Januari hingga Agustus 2020.
Ke depannya, Rachmat menjelaskan bahwa Bukalapak berencana untuk mencatatkan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di bursa saham. Karena itu, perusahaan akan berfokus pada pertumbuhan berkelanjutan terutama pada segmen warung dalam lima tahun ke depan.
Editor: Ramadhan Triwijanarko