Pandemi COVID-19 berhasil menekan kondisi ekonomi di hampir semua daerah di Indonesia. Salah satunya Provinsi Jawa Barat. Pada triwulan kedua tahun 2020, Jawa Barat bahkan mengalami kontraksi ekonomi hingga -5, 98%, di bawah kontraksi nasional yang berada di angka -5,32%. Hal ini disebabkan oleh hampir semua sektor ekonomi di Jawa Barat tertekan.
“Meski ada yang tumbuh, sektor yang tertekan lebih banyak dan berasal dari sektor-sektor pokok seperti industri pengolahan, perdagangan, dan pariwisata,” jelas Taufik Saleh, Kepala Divisi Advisory dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat pada acara Government Roundtable Series 2: Pemulihan Ekonomi di Jawa Barat, Kamis (22/10/2020).
Survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai kondisi perekonomian Provinsi Jawa Barat pada triwulan kedua 2020 memperlihatkan bahwa sektor pengolahan di Jawa Barat mengalami kontraksi hingga -8%. Sementara perdagangan mencapai -11,15%. Hal ini diakibatkan oleh aturan pembatasan dan turunnya daya beli masyarakat saat pandemi melanda.
Kontraksi paling parah terjadi pada sektor akomodasi, hingga -22,63%. Taufik mengatakan selama pandemi, pariwisata di Jawa Barat memang melambat. Akibatnya, tingkat okupansi hotel dan penginapan turun drastis.
Menyusul pemulihan ekonomi nasional, Bank Indonesia memperkirakan adanya perbaikan pada triwulan ketiga 2020. “Tapi masih akan ada penurunan di beberapa sektor walaupun tidak sedikit juga yang akan mulai tumbuh. Untuk pertumbuhan maksimal, perbaikian ekonomi akan terjadi pada tahun 2021 sejalan dengan progres pemulihan pascapandemi secara nasional dan adanya penemuan vaksin,” tamba Taufik.
Lebih lanjut, Bank Indonesia juga melakukan survei mengenai performa pelaku usaha di Jawa Barat. Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa sektor akan menjadi titik tolok pertumbuhan provinsi ini. Di antaranya industri pengolahan, perdagangan besar, eceran, pertanian, dan kehutanan.
“Kami memperkirakan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan akan naik hingga 3,4%. Perbaikan terbesar akan terjadi pada perdagangan besar dan eceran yang berpotensi tumbuh lebih dari 4% tahun depan,” papar Taufik.
Mengakhiri penjelasannya, Taufik mengatakan bahwa seluruh pelaku ekonomi di Jawa Barat harus menerapkan lima kunci pemulihan ekonomi Jawa Barat. Pertama, memiliki cara berpikir positif untuk membangun optimisme terhadap pemulihan ekonomi. Kedua, menjaga keseimbangan pasar agar terjadi persaingan yang sehat.
Ketiga, mendorong daya beli masyarakat. Keempat, mendorong penghidupan sektor ekonomi utama dari sisi supply. Misalnya, mulai menghidupkan wisata lokal, memperkuat UKM, sert percepatan digitalisasi ekonomi.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz