Biaya pendidikan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Sebagai gambaran, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) kelompok pendidikan pada Juni 2022 naik sebesar 1,68% dari Juni dari tahun sebelumnya, menjadi 109,62 poin. Adapun pendidikan menengah dan pendidikan tinggi menunjukkan inflasi tahunan terbesar mencapai 2,30% pada bulan Juni 2022.
Melihat kenyataan tersebut, ada baiknya para orang tua mulai berpikir mempersiapkan biaya pendidikan anak sedari dini. Terlebih, tidak semua orang tua memiliki karier yang cemerlang serta penghasilan yang terus meningkat.
Menurut Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit Manuel Adhy Purwanto, menabung sebagai investasi pendidikan anak akan lebih baik jika dilakukan sedini mungkin. “Investasi untuk tujuan pendidikan anak lebih awal akan lebih baik. Tidak bisa hanya ditabung karena tabungan akan kalah dengan kenaikan biaya pendidikan tahunan,” ujar Manuel.
Tentu saja perlu tips khusus untuk bisa memenuhi investasi di jangka menengah dan panjang untuk biaya pendidikan anak. Kuncinya menurut Manuel adalah kesabaran, konsistensi, dan money management.
Pilihan instrumen investasi yang sesuai tentu saja sangat menentukan kesuksesan dalam memenuhi kebutuhan masa depan pendidikan anak. Agar tak tergerus inflasi, para orang tua harus bisa mengalokasikan kekayaannya pada produk investasi yang memberikan imbal hasil atau return lebih tinggi dibandingkan laju inflasi.
Pilihan investasi yang menjaga nilai kekayaan nasabah tersebut di antaranya menurut Manuel adalah dengan berinvestasi di reksa dana. Dengan dana awal sebesar Rp 10 juta dan rutin menanamkan investasi Rp 1 juta dengan asumsi hasil reksa dana saham 14% per tahun, setelah 17 tahun nasabah berpotensi memperoleh imbal balik hampir Rp 1 miliar.
Terkait potensi return Manuel mengingatkan, masing-masing produk biasanya berbanding lurus dengan tingkat risiko. Misalnya, jenis reksa dana saham yang memiliki potensi risiko leih besar dibanding reksa dana jenis lain, namun potensi return-nya juga lebih tinggi. Sebaliknya reksa dana pasar uang yang minim risiko, juga memiliki tingkat return yang lebih rendah.
Untuk itu, dalam mengatur investasi untuk biaya pendidikan anak ada baiknya dana tidak dialokasikan hanya pada satu jenis reksa dana, tapi dibagi menurut profil risiko dan kebutuhan. “Contohnya, untuk kebutuhan anak saat masuk sekolah dasar atau menangah, bisa memilih reksa dana pendapatan tetap, sementara untuk kebutuhan biaya awal tahun ajaran bisa membeli reksa dana pasar uang, sementara reksa dana saham dialokasikan untuk tujuan pendidikan anak saat masuk di bangku kuliah hingga menyelesaikan pendidikan tingginya,” pungkasnya.