Bidik Milennial, Kemenpar Bangun Destinasi Digital

marketeers article

Merilis 100 destinasi digital dan nomadic tourism menjadi bagian dari cara Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mencapai target kunjungan wisatawan. Tuntutan era digital diyakini Kemenpar harus diadaptasi guna menggarap pasar masa kini yang didominasi kaum milennial. Lantas, seperti apa cara Kemenpar membangun pasar kekinian ini?

Destinasi digital dikatakan Menteri Pariwisata Arief Yahya merupakan hasil dari tuntutan era digital yang didominasi generasi millennial. Survei yang dilakukan Everbrite-Harris Poll 2014 menunjukkan generasi milennial lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk mendapatkan experience dibandingkan material goods. Peluang ini pun nampak tak ingin disia-siakan Kemenpar.

“Untuk itu, kami membangun destinasi digital yang berkonsep kekinian guna memaksimalkan perjalanan wisnus di Indonesia. Kami ingin memanfaatkan peluang guna menjaring wisnus, dengan menciptakan 100 destinasi digital yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia,” tutur Arief di Jakarta, Senin (02/04/2018).

Konsep destinasi digital ini dikatakan Arief mengacu pada destinasi yang kreatif dengan spot fotogenik untuk diunggah dan diviralkan di media sosial. Tahun lalu, Kemenpar telah menginisiasi kelahiran Generasi Pesona Indonesia (Genpi) sebagai komunitas yang membantu penyampaian program, kebijakan, dan promo event Kemenpar di media sosial.

Photo Credits: YouTube/ariz wokey

“Genpi inilah yang kemudian menciptakan ide kreatif terkait pembangunan atraksi destinasi wisata baru melalui pembangunan pasar kekinian di beberapa daerah di Indonesia,” tutur Arief.

Pasar Siti Nurbaya di Padang, Pasar Mangrove di Batam, Pasar Baba Boentjit di Palembang, Pasar Tahura di Lampung, Pasar Karetan di Kendal, Pasar Kaki Langit di Yogyakarta, Pasar Pancingan di Lombok, Pasar Kaulinan di Banten, dan Pasar Semarangan di Semarang merupakan deretan destinasi wisata baru berbasis ekonomi rakyat yang sudah didirikan oleh Genpi.

Pasar tersebut dibangun dengan menampilkan keunikan khas daerah masing-masing, seperti kuliner khas daerah setempat, dijual dengan harga terjangkau, serta menyediakan aktivitas tertentu, seperti workshop tematik atau area permainan tempo dulu.

Photo Credits: Sportourism.id

“Selain menawarkan pesona kuliner khas daerah yang tidak ditemukan di daerah lain, destinasi digital yang diwujudkan dalam bentuk pasar ini menyuguhkan sensasi atraksi tematik, dan setiap sudutnya dibuat cocok untuk berfoto. Cocok untuk Anda para wisnus yang ingin kembali mengenang pengalaman tempo dulu yang dikonsep di lokasi yang sangat kekinian,” jelas Don Kardono, Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Komunikasi dan Media.

Untuk mewujudkan pembangunan 100 destinasi digital tersebut, Kemenpar telah bekerjasama dengan Pemerintah Daerah di Indonesia, baik level Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, dan Pemerintah Kabupaten untuk membangun infrastruktur dasar seperti jalan, air, listrik, koneksi WiFi, lokasi sampah, serta toilet. Infrastruktur dasar tersebut bertujuan untuk memudahkan wisnus dalam menikmati kunjungannya selama berwisata di suatu destinasi digital.

Wisata Embara

Sementara itu, guna mendatangkan 17 juta kunjungan wisman di tahun 2018 ini, Kemenpar juga menyuguhkan strategi wisata baru bernama nomadic tourism atau yang lebih biasa dikenal dengan wisata embara. Wisata embara ini timbul sebagai solusi untuk mengatasi keterbatasan unsur 3A (Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas).

Photo Credits: Kementerian Pariwisata

Konsep wisata embara ini juga akan direalisasikan dengan membangun amenitas/akomodasi yang sifatnya dapat berpindah-pindah dengan bentuk yang beragam. Glamp camp, home pad, caravan merupakan sejumlah bentuk destinasi wisata embara. Para wisatawan juga akan dibekali dengan sea plan yang dapat membantu mereka berpindah dari satu pulau ke pulau lain di Indonesia.

Nomadic tourism ini akan dirintis dengan memanfaatkan empat dari 10 destinasi pariwisata prioritas sebagai pilot projectnya yakni Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Borobudur,” ungkap Arief.

Selanjutnya, Kemenpar juga telah menyampaikan rekomendasi terkait percepatan deregulasi operasional caravan, seaplane dan juga live abroad dengan Kementerian Perhubungan, untuk mendapatkan solusi izin amenitas wisata embara.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related