Bikin Kecanduan, TikTok, Meta hingga Google Kena Gugatan Pengadilan
Eric Adams, Wali Kota New York, Amerika Serikat (AS) mengajukan gugatan terhadap berbagai perusahaan media sosial lantaran menyebabkan remaja terkena krisis kesehatan mental. Adapun beberapa platform yang terkena gugatan di antaranya TikTok, Alphabet (GOOGL.O), Snap Inc (SNAP.N) atau Snapchat, YouTube, termasuk media sosial milik Meta Platforms (META.O) Facebook dan Instagram.
Adams melayangkan gugatan melalui Pengadilan Tinggi California yang menuduh perusahaan-perusahaan tersebut dengan sengaja membuat anak-anak dan remaja kecanduan terhadap aplikasi media sosial. Hal itu membuat kehidupan sosialnya sehari-hari terganggu yang berdampak terhadap kesehatan mental.
BACA JUGA: 4 Kebiasaan Positif untuk Menjaga Kesehatan Mental, Cocok Untuk Gen Z!
“Selama dekade terakhir, kita telah melihat betapa kecanduan dan kewalahannya dunia online, membuat anak-anak kita terpapar konten berbahaya tanpa henti dan memicu krisis kesehatan mental remaja nasional,” kata Adams dilansir dari Reuters, Senin (19/2/2024).
Selama ini beberapa media sosial seperti Meta, TikTok, dan YouTube telah menghadapi ratusan tuntutan hukum yang diajukan atas nama anak-anak dan distrik sekolah. Sama seperti tuntutan Adams, para penggugat menuntut media sosial tersebut karena menyebabkan kecanduan media sosial.
BACA JUGA: Tantangan dan Solusi Krisis Kesehatan Mental di Indonesia
Di sisi lain, Mark Zuckerberg, Chief Executive Officer (CEO) Meta pada bulan lalu telah meminta maaf dalam sidang Senat AS lantaran media sosial miliknya memberikan dampak buruk terhadap anak-anak. Melalui juru bicaranya, Meta tidak bermaksud membuat anak-anak kecanduan media sosial.
Mereka berdalih perusahaan hanya ingin memberikan pengalaman online bagi pemuda yang aman dan sesuai dengan usianya. Sementara itu, ByteDance sebagai perusahaan pemilik TikTok mengeklaim terus berupaya menjaga keamanan komunitas bagi penggunanya.
Adapun Google, membantah seluruh tuduhan yang menyebut media sosialnya memberikan dampak negatif kepada pemuda. Sebab, perusahaan telah menetapkan konten-konten yang dipublikasikan sesuai dengan usia penggunanya.
“Kami telah membangun layanan dan kebijakan untuk memberikan pengalaman yang sesuai dengan usia generasi muda, dan kontrol yang kuat kepada orang tua. Tuduhan dalam keluhan ini tidak benar,” kata Jose Castaneda, Juru Bicara Google.
Editor: Ranto Rajagukguk