Bila Ekosistem Siap, Smartfren Baru Luncurkan Teknologi 4G LTE

profile photo reporter Novia Sari
NoviaSari
17 Februari 2015
marketeers article

Beberapa tahun belakangan terutama pada tahun 2015 ini, tren pelanggan operator seluler telah  menjurus ke arah penggunaan data yang lebih intensif dan mengalami penurunan dalam hal SMS serta pesan suara. Selain akibat dari faktor perkembangan media sosial yang semakin pesat, kenaikan tren penggunaan data ini semakin didukung oleh perkembangan teknologi 4G LTE yang saat ini gencar dikampanyekan oleh operator seluler di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Deputy CEO Commercial PT Smartfren Telecom Tbk, Djoko Tata Ibrahim kepada Marketeers di Swiss Bell, Surabaya, Rabu (11/02/2015). 

Melihat tren tersebut, Smartfren memilih menunggu sejenak hingga ekosistem masyarakat sudah siap mengadopsi teknologi 4G LTE ini. “Pelanggan sepertinya harus bersabar sedikit dikarenakan kami tidak ingin memberikan kualitas yang setengah-setengah. Kami harus memastikan segala infrastrukturnya siap lebih dulu. Dalam hal jaringan teknologi, mengalihkan pelanggan yang asalnya menggunakan 2G ke 4G itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Perlu proses dan waktu serta bandwith yang siap,” kata Djoko.

Layanan 4G baru bisa digelar saat infrastruktur BTS (Base Transceiver Station) di setiap titik di Indonesia dapat digunakan dengan baik. Djoko menargetkan peluncuran 4G LTE dari Smartfren ini akan dilakukan pada kuartal III pada tahun 2015. Operator penyedia jasa telekomunikasi berbasis teknologi CDMA yang memiliki lisensi seluler dan mobilitas terbatas ini telah bekerjasama dengan dua vendor, yakni ZTE dan Nokia Solution Network. Mereka membagi cangkupan daerah Barat dan Timur Indonesia agar pengerjaan proyek 4G LTE ini dapat dilaksanakan secara simultan dan tidak ada daerah yang merasa tertinggal.

Djoko pun mengakui pemakaian layanan data untuk operator Smartfren sendiri saat ini telah menyumbang dua per tiga dari seluruh pendapatan. Namun, ke depannya, dana yang dikeluarkan untuk penerapan 4G ini juga tidak murah. “Dana yang dihabiskan terbagi dua, yakni biaya frekuensi atau biasa kita sebut BHP (Biaya Hak Penggunaan) yang mencapai ratusan miliar rupiah. Dan, ada juga dana untuk perangkat 4G yang mencapai angka triliunan rupiah,” jelas Djoko.

Selain menyiapkan ketersediaan jaringan dan frekuensi yang baru saja didapatkan oleh Smartfren (dari sebelumnya 1.900 MHz ke 2.300 MHz atau 2,3 GHz) sejak dua atau tiga bulan yang lalu, Smartfren juga siap menghadirkan ponsel pintar yang mendukung penerapan teknologi 4G LTE. Smartfren optimistis membidik empat juta pelanggan dari gadget baru ini dan memperoleh pendapatan yang positif pada tahun ini. 

Related