Kota Bogor membutuhkanrebranding untuk keluar dari citra negatif dari Kota Sejuta Angkot. Julukan ini memang tidak tanpa alasan. Terjadi penumpukan unit angkutan kota yang tak jarang membuat kemacetan di berbagai ruas jalan di Bogor. Namun, citra negatif tersebut harus diubah dengan mengembangkan potensi yang dimiliki Kota Bogor. Hal ini disampaikan oleh Wallikota Bogor Bima Arya dalam seminar “Creative Marketing Collaboration in Tourism” di STIE Prasetiya Mulya, Rabu (25/2/2015).
“Saya dan warga Bogor bermimpi melakukan rebranding atas kota ini. Kami ingin mengubah citranya dari Kota Sejuta Angkot menjadi Kota Sejuta Taman. Di sini, kami memiliki potensi besar pada taman-taman kota. Apalagi kami memiliki Kebun Raya Bogor yang sudah lama dikenal,” kata Bima.
Bima menyatakan Kota Bogor ingin diposisikan sebagai kota di dalam taman dan menjadi kota yang ramah bagi pejalan kaki. Menurutnya, Kota Bogor memiliki kelebihan dibanding kota-kota lain di Indonesia, yakni bisa dikelilingi hanya dengan berjalan kaki. Sebab itu, Pemkot Bogor berkomitmen untuk membangun taman dan jalur pejalan kaki dengan lebih baik dan akomodatif. “Selain itu, tentunya ini membutuhkan regulasi yang pas, seperti pengurangan jumlah kendaraan bermotor dan tata kota yang lebih baik,” katanya.
Untuk mewujudkan mimpi tersebut, Bima mengatakan Pemkot Bogor tidak boleh melupakan momentum. Yang dimaksud tak lain adalah berkantornya Presiden Jokowi ke Istana Bogor belakangan ini. “Pindahnya Jokowi ke sini menjadi momentum melakukan rebranding Kota Bogor. Mengingat perhatian publik saat ini tertuju pada Kota Bogor yang menyimpang banyak warisan sejarah. Sejak zaman dulu, Kota Bogor dikenal sebagai Buitenzorg, tempat yang bebas, aman, dan nyaman.
Selain itu, Bima menyebut ada beberapa tantangan yang mesti disikapi secara cerdas. Salah satunya, menyangkut regulasi yang melarang PNS menggelar rapat di hotel-hotel. Regulasi ini ternyata, sambung Bima, berimbas pada bisnis MICE di Kota Hujan tersebut. Menurutnya, tingkat okupansi hotel di kota Bogor menurun hingga 20-40%. Anehnya, ketika hotel berbintang 3 turun sebesar 34%, hotel-hotel kelas Melati justru naik sampai 273%.
Bima menambahkan hal lain yang penting bagi rebranding Kota Bogor adalah aktivasi. Kota yang dikenal dengan kuliner asinan ini berkomitmen untuk menggelar aneka kegiatan yang mampu menarik para wisatawan. Salah satunya yang lagi dikembangkan adalah Bogor Street Festival yang tak lain adalah pengembangan dari festival Cap Go Meh yang sudah berlangsung beberapa saat.