Bingung Mau Beli Rumah di Mana, Depok Bisa Jadi Solusinya

marketeers article
peron and railway at Depok Station with white sky as background and trees near the station photo taken in Depok Indonesia java

Properti di kawasan pinggiran kota besar semakin diminati. Kota Depok merupakan salah satu kawasan di sekitaran Jakarta yang paling banyak diminati berdasarkan riset yang dilakukan oleh Rumah.com.

Menurut Ike Hamdan, Head of Marketing Rumah.com, dari empat wilayah penyangga DKI Jakarta, yang dilalui jalur KRL yakni Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, kenaikan harga paling pesat terjadi di area Depok. Berdasarkan Rumah.com Property Index ,Depok dari sisi harga yang ditawarkan penjual berada pada titik 113,7 pada kuartal keempat (Q4) 2018.

“Indeks ini naik sebesar 7,56% dibandingkan Q3 2018. Sementara itu, jika dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun 2017 (year-on-year/y-o-y), indeks harga properti di Depok mencapai 16,35%,” katanya.

Depok dikenal sebagai kota komuter karena di wilayah ini terdapat setidaknya lima stasiun KRL yang menjadi bagian dari jalur commuter line Bogor menuju Jakarta dan sebaliknya. Transportasi umum commuter line ini sangat praktis karena bebas macet.

Sayangnya, perkembangan tata kota Depok yang kurang terstruktur membuat kota ini semakin lama semakin macet, terutama di sekitar area Margonda, yang menjadi jalur penghubung utama menuju Jakarta Selatan. Hal ini membuat indeks harga properti Depok sempat stagnan.

Indeks harga properti Depok kembali menggeliat setelah PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengadakan peningkatan kualitas KRL, mulai dari ketepatan waktu hingga kenyamanan. Saat ini setiap stasiun commuter line telah bebas pedagang asongan dengan sistem gerbang peron yang modern. Rangkaian gerbong pun semakin nyaman lewat peremajaan dan penambahan penyejuk udara.

Hal lain yang berdampak makin meningkatnya indeks harga properti Depok adalah pembangunan jalur tol baru seperti Depok-Antasari (Jakarta Selatan) serta Cinere-Serpong (Tangerang Selatan). Kedua tol baru ini menjadi alternatif jalur antarkota selain melalui Margonda.

“Untuk wilayah lainnya, secara y-o-y di Q4 2018, Bogor mengalami kenaikan sebesar 10,98%, Bekasi sebesar 10,19%. Sementara, Tangerang masih landai, hanya 1,07%. Tangerang relatif landai karena pembangunan infrastruktur transportasi tidak semasif wilayah lainnya. Sementara itu, kenaikan indeks di Bekasi disebabkan oleh pembangunan sarana trasnsportasi Light Rail Transit (LRT) serta sejumlah ruas tol baru, sedangkan Bogor dipengaruhi oleh rencana pembangunan LRT dan dibukanya Tol Bocimi dan Tol Lingkar Luar,” ujar Ike.

Editor: Sigit Kurniawan

Related