Bisakah Student Loan Selesaikan Permasalahan Ekonomi Calon Mahasiswa?
Presiden Joko Widodo menyinggung tingginya angka kredit konsumtif Indonesia dalam rapat bersama para petinggi perbankan Maret 2018 lalu. Dalam rapat tersebut Presiden memberikan arahan agar perbankan menyediakan program student loan untuk mengalihkan kredit konsumtif menjadi kredit produktif. Selain, itu program student loan diharapkan dapat membantu meningkatkan angka partisipasi perguruan tinggi dan kualitas sumber daya manusia.
Tercatat dalam Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi, Angka Partisipasi Kasar (APK) siswa yang melanjutkan pendidikan tinggi di Indonesia baru pada angka 31,5%. Memang salah satu masalah dalam bidang pendidikan adalah persoalan ekonomi. Dengan hadirnya student loan diharapkan permasalahan ekonomi sudah menjadi soal bagi masyarakat yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan.
Namun, bicara student loan bila kita melihat negara lain seperti Amerika Serikat, hadirnya student loan di negeri Paman Sam menjadi permasalahan tersendiri. Di sana student loan menjadi kredit pinjaman terbesar nomor dua setelah KPR. Namun, di Amerika Serikat angka kredit macet dari student loan juga cukup besar.
Lantas bisakah Indonesia menerapkan hal ini. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa startup yang memberikan layanan khusus student loan, salah satunya adalah KoinWorks.
Menurut Jonathan Bryan, Chief Marketing Officer KoinWorks, maslaah pendidikan Indonesia masih seputar ekonomi dan ketersediaan informasi. Untuk bisa merasakan student loan dari KoinWorks, nasabah perlu melampirkan KTP, Kartu Keluarga, dan penjelasan soal sumber dana.
Nilai maksimal pinjaman mencapai Rp 2 miliar, dengan biaya angsuran yang rata hingga masa perkuliahan usai. Namun menurut Jonathan besarannya disesuaikan dengan ongkos masuk ke perguruan tinggi tersebut. “Seluruh biaya kami bayarkan langsung ke pihak kampus, ini untuk mencegah adanya penyalahgunaan dana untuk hal-hal di luar pendidikan,” ujar Jonathan.
Sampai saat ini, KoinWorks memiliki lebih dari 3000 peminjam dana, dengan nilai kredit macet masih di angka 0%. Untuk mengantisipasi kredit macet yang terjadi seperti di Amerika Serikat, KoinWorks melihat dari sumber dana yang dimiliki oleh masing-masing peminjam.
“Kalau mereka sudah bekerja kami lihat pendapatan mereka berapa. Lantas, kalau belum bekerja dan masih tinggal bersama orang tua, kami melihat dari sumber dana yang dimiliki oleh orangtuanya,” tambahnya.
Selain sumber dana, satu hal yang dilihat oleh KoinWorks adalah karakter dari si peminjam. Bagi Jonatahan penting untuk melihat semangat dari peminjam, apakah mereka benar-benar antusias dan serius untuk menyelesaikan masa studinya.
Student loan tergolong baru di Indonesia. Siapapun nantinya yang akan meluncurkan student loan harus bisa mempersiapkan dengan baik dan memilah siapa-siapa saja yang berhak untuk menerimanya.
Editor: Eko Adiwaluyo