Perusahaan modal ventura, AC Ventures bersama dengan konsultan manajemen global, Boston Consulting Group mengeluarkan hasil laporan terbarunya terkait dengan tren perkembangan industri financial technology (finteh) di Indonesia. Laporan itu menyebutkan bisnis fintech masih sangat menjanjikan hingga beberapa tahun ke depan dengan pertumbuhan yang signifikan.
Adrian Li, Founder dan Managing Partner AC Ventures menjelaskan dalam satu dekade terakhir Indonesia mengalami peningkatan enam kali lipat jumlah pemain fintech. Tercatat, pada tahun 2011 pemain fintech hanya 51 perusahaan dan pada 2022 tumbuh jadi 334 perusahaan.
BACA JUGA: OJK Ungkap 6 Tantangan Fintech P2P Lending pada 2023
Pada awal kemunculannya, pertumbuhan sektor fintech didorong oleh segmen pembayaran. Namun, seiring berjalannya waktu lanskap fintech di Tanah Air sudah semakin beragam dan dinamis ke sektor pinjaman dan wealthtech.
“Penawaran fintech juga mengalami lonjakan keterlibatan pelanggan (customer engagement) di Indonesia. Segmen pembayaran yang memiliki lebih dari 60 juta pengguna aktif diperkirakan memiliki tingkat pertumbuhan per tahun compounded annual growth rate (CAGR) 26% hingga 2025,” kata Adrian dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (29/3/2023).
Menurutnya, catatan yang mentereng juga terjadi di sektor pinjaman dengan raihan 30 juta akun peminjam peer-to-peer yang aktif pada 2021. Sementara itu, setor wealthtech memiliki 9 juta investor ritel pada 2022.
BACA JUGA: AppsFlyer: Persaingan Fintech Makin Ketat, Pertumbuhan Makin Lambat
Selain itu, segmen baru di sektor fintech seperti software as a service (SaaS) dan insurtech yang kian bermunculan menjadi petunjuk bisnis ini makin matang. Hal ini kemudian diperkuat dengan produk dan layanan yang makin canggih.
Adopsi platform SaaS juga menunjukkan performa gemilang yang digunakan lebih dari 6 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) dengan ekspansi 26 kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Di sisi lain, tren investasi turut mencerminkan diversifikasi pasar fintech dengan segmen pemberian pinjaman dan pembayaran tidak lagi menjadi area utama yang diminati.
“Meskipun kedua segmen itu penting, namun terdapat peningkatan investasi pada wealthtech, insurtech, dan fintech SaaS,” ujarnya.
Dari sisi pasar, Adrian menyebut terjadi perkembangan yang sangat pesat dengan kehadiran pemain baru yang bermunculan. Ekuitas dalam pasar ini ditentukan berdasarkan tingkat kematangan operator atau vertikal, termasuk pula perusahaan yang mendapatkan investasi dari pemodal.
“Pendanaan dari tahun 2020 hingga 2022 mencapai US$ 5,4 miliar atau 2,7 kali lebih banyak dari periode 2017 hingga 2019. Pertumbuhan dan monetisasi adalah fokus utama dalam putaran pendanaan seri D+,” tutur Adrian.
Editor: Ranto Rajagukguk