Bitung, Kota Mungil dengan Lima Pesona

marketeers article

Daerah dengan luas wilayah kecil tidak otomatis kecil pula potensinya. Kota Bitung, salah satunya. Daerah pemerintahan kota yang terletak di Sulawesi Utara ini sedang memperkuat jurus untuk memasarkan potensinya yang dikenal dengan sebutan lima pesona, yakni pesona bahari, flora, fauna, wisata industri, dan wisata sejarah-religi.

Kementerian Pariwisata mendukung penuh upaya pemberdayaan potensi Bitung tersebut. Bahkan, Festival Pesona Selat Lembeh, salah satu festival andalan Kota Bitung sudah masuk dalam Kalender Pariwisata Nasional.

Bitung bersikeras menggenjot lima pesona tersebut mengingat sektor ini krusial dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi – sebesar 10% dari jumlah persentasi sektor penyangga ekonomi daerah dan pemberi devisa bagi daerah terkait. Pemerintah Bitung juga menilai, sektor ini merupakan sektor yang terjangkau dan paling banyak menyerap tenaga kerja.

Sementara itu, tren investasi terkait pariwisata – hotel dan penginapan dan proyek hospitalitas lainnya – mulai melirik daerah-daerah tingkat dua, seperti kabupaten dan kotamadya. Bitung, salah satunya.

Bagaimana Pemerintah Kota Bitung mempermak kotanya dengan lima pesona utama tersebut? Simak wawancara Sigit Kurniawan dari Marketeers dengan Walikota Bitung Maximiliaan J Lomban berikut ini:

Apa yang menjadi kekuatan Bitung saat ini?

Bitung letaknya cukup strategis. Lalu lintas barang di jalur laut di Sulawesi Utara harus melewati Bitung. Sekarang, Bitung sedang dikembangkan sebagai kota yang berbasis pariwisata.  Bitung sendiri sudah ditetapkan sebagai international port dan kawasan ekonomi khusus. Bitung dihuni oleh 250.000 jiwa. Dari total wilayah Bitung, 42%-nya terdiri dari hutan yang menjadi potensi wisata alam.

Apa saja yang menjadi andalan turisme di Bitung?

Kami mengambil tagline B3, yakni Bitung Bahari Berseri. B3 ini akan dirilis sebagai bagian dari kampanye pariwisata dengan lima destinasi andalannya. Rencananya, promosi akan digelar di Jakarta September.

Apa saja kelima pesona tersebut?

Pertama, Bitung memiliki enam titik penyelaman di Selat Lembeh. Kami memiliki mangrove yang masih terpelihara, pantai pasir putih. Lalu, ada Pulau Serena yang indah. Belum lagi di titik penyelaman itu, ada banyak biota laut yang unik.

Kedua, Bitung memiliki flora unik di Pulau Tangkoko. Di sana, ada komunitas petani aren yang memproduksi minuman fermentasi. Ini bisa dijadikan daya tarik sendiri bagi wisatawan yang ingin tahu proses kreatifnya.

Ketiga, pesona fauna. Salah satu spesies yang menjadi daya tarik di sini adalah monyet dengan tiga jenis dari 11 jenis yang ada di dunia. Termasuk spesies monyet terkecil di dunia. Sementara itu, pada musim tertentu, banyak burung-burung Australia melakukan rendezvous di Tangkoko.

Apa lagi?

Keempat, Bitung memiliki industri. Ada 53 unit pengolahan perikanan dan tujuh pusat pengalengan ikan. Industri kami ubah menjadi sebuah destinasi yang mana turis bisa datang untuk melihat proses penangkapan ikan, pengolahan, pengalengan, hingga pemasarannya.

Di sini, kami juga memiliki empat pabrik minyak kelapa terbesar di Indonesia, yakni minyak sawit dan kelapa. Sebut saja merek Bimoli. Asal Bimoli dari Bitung yang mana “Bimoli” merupakan singkatan dari Bitung Manado Oil. Katakanlah, ini potensi wisata industri.

Kelima, Bitung merupakan kota sejarah, religius, dan budaya. Sebelum Bitung lahir sebagai sebuah kota, tentara Portugis pada zaman dulu sudah menemukan potensi-potensi besar wilayah ini. Salah satunya, sumber air yang dikenal dengan “Air Perang” yang ditemukan oleh kapal-kapal perang pada 400 tahun silam.

Selain itu, Selat Lembeh sejak zaman dulu sudah menjadi satu hub perdagangan kapal-kapal dari Eropa. Ada lagi Tugu Trikora yang mana Bitung menjadi tempat konsolidasi logistik. Dari sisi religius, Bitung memiliki tinggi Patung Yesus setinggi 35 meter. Budaya Bitung juga kaya, dari Mak Engket, Cakalele, Tulude, Masamper, dan sebagainya.

Lalu, apa upaya selanjutnya?

Lima pesona itu yang akan kami marketingkan ke dunia luar sebagai bagian dari upaya Bitung melakukan branding atas dirinya sendiri. Harapannya, dengan mengembangkan ini, masyarakat sendiri yang akan mendapat manfaatnya – khususnya manfaat ekonomi. Saya menyakini, pariwisata memiliki multiefek yang besar.

Pesona itu akan tinggal pesona jika tak dipasarkan. Bagaimana Anda memarketingkan kelima pesona tersebut?

Kami melibatkan banyak pihak. Misalnya, kami melobi dan mengajak orang-orang yang berkompeten di bidangnya, termasuk orang marketing. Mereka diundang untuk turut mendesain Kota Bitung demi masa depan yang menjanjikan dan tentu makin mensejahterakan warganya. Dengan strategi branding yang kuat dan tepat, makin banyak orang akan mengenal Bitung dan mengunjunginya. Hal ini kami imbangi dengan pembangunan infrastruktur, baik jalan tol, jalur kereta api, dan sebagainya.

Sektor pariwisata tentu turut mendongkrak usaha lokal. Bagaimana UKM di sana diberdayakan?

UKM menjadi bagian penting dalam pemberdayaan ekonomi lokal. Ini juga menjadi tulang punggung selama ini. Kami memiliki sekolah khusus kewirausahaan untuk mendukung pengembangan potensi tersebut. Saya yakin, untuk memajukan ekonomi Bitung, kami membutuhkan entrepreneur-entrepreneur baru. Kami kerjasama dengan banyak lembaga, seperti Kementerian Keuangan dan Perbankan – khususnya dalam pembiayaan UKM. Tidak hanya soal keuangan dari perbankan, tetapi pemerintah juga turut serta.

Bagaimana pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mendukung pembangunan di Bitung?

Kami sedang menggarap TIK dalam rangka menjadikan Kota Bitung sebagai smart city. Kami saat ini sedang menggenjotnya di sektor pendidikan dan pelayanan publik.

Bagaimana Anda menerapkan leadership di sana?

Unsur terpenting dalam hal ini adalah memberi kepercayaan. Kepercayaan itu saya harapkan bisa dimanfaatkan sebagai mestinya demi pengembangan kinerja. Mereka melakukan sebaik-baiknya apa yang menjadi pekerjaannya. Semangatnya seperti semangat Pak Presiden Jokowi, yakni kerja, kerja, kerja. Dengan membangun kepercayaan tersebut, integritas pemerintahan bisa diwujudkan. Intinya, lakukan apa yang kau katakan dan katakan apa yang kau lakukan.

Bagaimana buah-buah dari edukasi tersebut?

Memang, hasilnya tidak bisa dilihat sekarang ini. Tapi, berdasarkan pengalaman selama ini mengelola Bitung, saya yakin bahwa hal itu akan terwujud. Pengalaman saya dengan Bitung sudah cukup lama. Saya tahun ini menjabat sebagai Walikota – tepatnya pada 30 Maret yang lalu. Sebelumnya, menjadi wakil walikota dan sebelumnya lagi menjadi Sesda. Proses sudah lama jalan dan keberhasilan sudah ada di depan mata. Semua ini demi masyarakat Bitung sekarang dan di masa depan.

 

 

Related